Kasus Hong Kong Buka Ketakutan Penularan Delta dari Hewan ke Manusia
Hong Kong musnahkan hamster pascadugaan penularan varian delta ke manusia.
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Fergi Nadira, Indira Rezkisari, Antara
Kasus penularan Covid-19 dari hewan ke manusia sudah berulang kali menjadi kekhawatiran selama pandemi. Selama ini dengan varian awal yang pertama kali ditemukan di Wuhan, disebut penularan tersebut kecil peluangnya.
Namun munculnya varian-varian baru Covid-19 membuka kemungkinan penularan Covid-19 dari hewan ke manusia karena sifat variannya yang lebih menular. Kasus dugaan penularan dari hewan ke manusia muncul di Hong Kong, setelah seorang pekerja toko hewan positif varian delta.
Pihak berwenang Hong Kong pun berencana memusnahkan sekitar 2.000 hewan kecil termasuk hamster dan hewan pengerat lainnya. Langkah ini dilakukan setelah beberapa hewan pengerat dinyatakan positif Covid-19 di toko hewan peliharaan tempat seorang karyawannya juga terpapar.
Pihak berwenang mengatakan bahwa semua toko hewan peliharaan yang menjual hamster di Hong Kong harus berhenti beroperasi dan impor hewan juga dilarang. Sekitar 2.000 mamalia kecil, termasuk hamster dan chinchilla akan dimusnahkan secara manusiawi.
Pelanggan yang membeli hamster di Hong Kong mulai 22 Desember juga akan menjalani tes wajib dan didesak untuk tidak masuk ke komunitas sampai tes mereka kembali negatif. Jika hamster mereka dinyatakan positif, mereka akan dikarantina.
Karyawan di salah satu toko hewan peliharaan dinyatakan positif varian delta pada Senin (17/1/2022). Beberapa hamster yang diimpor dari Belanda di toko yang sama juga dinyatakan positif.
"Jika Anda memiliki hamster, Anda harus memelihara hamster di rumah, jangan dibawa keluar," kata direktur Departemen Pertanian, Perikanan dan Konservasi, Leung Siu-fai pada Selasa (18/1/2022), dilansir dari AP. "Semua pemilik hewan peliharaan harus memperhatikan kebersihan pribadi yang baik, dan setelah Anda bersentuhan dengan hewan dan makanan mereka, Anda harus mencuci tangan dan jangan mencium hewan peliharaan Anda," lanjutnya.
Meskipun pihak berwenang mengakui bahwa tidak ada bukti bahwa hewan peliharaan dapat menularkan virus corona ke manusia, sebagai tindakan pencegahan, pelanggan yang telah membeli hamster dari toko yang terkena dampak setelah 7 Januari 2022 akan dilacak dan dikenai karantina wajib. Mereka juga harus menyerahkan hamster mereka kepada pihak berwenang untuk diamankan.
Kemungkinan adanya transmisi lokal varian delta ditelusuri dari kasus pekerja di toko hewan. Alasannya, perempuan tersebut memiliki viral load yang tinggi, karena itu dia diduga positif varian delta.
Perempuan tersebut positif dengan gejala, yaitu pilek, sakit tenggorokan dan batuk pada Selasa pekan lalu. Namun dia tidak memperoleh perawatan hingga Sabtu sampai dia meninggalkan spesimennya untuk diperiksa pada klinik di Aberdeen Hong Kong. Sebelumnya dia sudah menerima dua dosis vaksin Sinovac pada 21 Agustus dan 16 September 2021.
Selama positif dia sudah mengunjungi tiga restoran dan tinggal di hotel di kawasan Wan Chai sebelum gejalanya muncul. Secara total dia memiliki kurang dari 10 kontak erat termasuk anggota keluarga, kolega, dan teman yang makan bersama. Semua orang tersebut sudah dikarantina saat ini.
Chung Shuk-kwan, kepala CHP Communicable Disease Branch, mengatakan Kementerian Kesehatan akan menyelidiki kemungkinan terkait sumber infeksi pekerja toko hewan tersebut. Termasuk apakah ada penularan dari hewan ke manusia.
Dilansir dari South China Morning Post, kasus varian delta yang terjadi pada pekerja toko hewan adalah yang pertama di Hong Kong di 2022. Karena itu upaya pengurutan genom dilakukan.
"Genome sequening menemukan tipe genomnya adalah yang bersirkulasi di Eropa dan Pakistan. Ada kemungkinan kasus dari hamster diimpor dari Belanda, yang juga ditemukan tipe genomnya pada pekerja tersebut," ujar sumber. Atas dasar ditemukannya kesamaan genom tersebut sangat mungkin terjadi transmisi dari hewan ke manusia.
Pemimpin Hong Kong Carrie Lam mengingatkan kemungkinan kenaikan kasus Covid-19 setelah varian delta ditemukan. Padahal Hong Kong juga sedang berjuang melawan varian omicron sama seperti sebagian besar negara-negara di dunia.
"Kami kuatir soal kemungkinan dua varian menyebar secara simultan bersamaan. Risiko dari toko hewan ini adalah karena melibatkan hewan, dan toko ini memiliki lebih dari 10 cabang di Hong Kong," katanya.
Sebelumnya kasus hewan yang positif Covid-19 sudah ditemukan di banyak negara. Termasuk di Indonesia. Tahun lalu Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito, mengatakan sejauh ini tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa hewan yang terinfeksi Covid-19 dapat menularkan virus ke manusia. Pernyataan Wiku menanggapi laporan harimau di Kebun Binatang Ragunan yang positif Covid-19.
Wiku mengatakan laporan kasus hewan terinfeksi SARA-Cov-2 penyebab Covid-19 itu disampaikan Office of Internasional Epizootics atau selaku Organisasi Kesehatan Hewan Dunia. "Sejak awal pandemi Covid-19, beberapa negara telah melaporkan adanya infeksi SARS-CoV-2 pada hewan, termasuk satwa liar," ujarnya.
Wiku menyampaikan sejumlah panduan kepada pemilik hewan peliharaan untuk tidak panik dan selalu merawat serta memenuhi kesejahteraan hewan peliharaannya. Wiku juga menyarankan pemilik hewan untuk menghindari kontak dengan hewan peliharaan ketika sedang terinfeksi Covid-19.
"Kurangi kontak hewan dengan orang belum divaksin serta periksakan hewan peliharaan ke dokter hewan apabila menunjukkan gejala," katanya.
Kasus hewan yang terpapar sudah umum terjadi sejak pandemi Covid-19 melanda dunia, khususnya untuk hewan-hewan peliharaan seperti kucing dan anjing. Secara global, laporan pertama terpaparnya hewan oleh virus SARS-CoV-2 ditemukan di Kebun Binatang Kentucky, Amerika Serikat (AS), pada 11 Desember 2020.
Saat itu, tiga macan tutul salju terkonfirmasi positif Covid-19 usai menjalani pengetesan, saat salah satu di antaranya mengalami gejala serupa selayaknya manusia yang terpapar Covid-19. Mereka di antaranya mengalami gejala sesak napas, bersin, hidung yang berlendir, hingga tak nafsu makan. Gejala lain yang mungkin muncul pada hewan yang terpapar Covid-19 dilansir di situs Center for Diseases Control and Prevention (CDC) antara lain demam, batuk, lemas, gangguan mata, muntah- muntah, hingga diare.
Bagaimana mungkin hewan bisa mengalami Covid-19? CDC menyebutkan dalam penelitian-penelitian yang telah dilakukan dibuktikan bahwa hewan terpapar virus SARS-CoV-2 karena berkontak erat dengan manusia yang positif Covid-19. Kontak erat yang dimaksud adalah berinteraksi langsung, berbagi sirkulasi udara dalam satu ruangan yang sama, hingga tak menjaga jarak sehingga hewan-hewan itu akhirnya terpapar Covid-19.
Dalam penelitian-penelitian yang dilakukan secara global, hewan-hewan peliharaan menjadi hewan yang berpotensi besar terpapar Covid-19. Mengutip Scientific American, sebuah penelitian yang dipimpin dokter hewan bernama Sarah Hamer dari Universitas A&M di Texas menunjukkan kucing memiliki tingkat keterpaparan lebih tinggi dibanding dengan anjing.
Kucing yang sudah terpapar virus SARS-CoV-2 turut berpotensi besar menularkan ke kucing lainnya. Selain hewan peliharaan, hewan-hewan di kebun binatang dan alam liar yang termasuk dalam spesies kucing besar (singa, harimau, macan tutul, cheetah, jaguar), beruang, primata, atau pun mamalia juga turut berpotensi terpapar Covid-19. Meski demikian belum ditemukan keterpaparan pada hewan-hewan ternak seperti ayam, bebek, dan sapi untuk kasus Covid-19.