Februari Siap Gelar PTM SD/SMP , Pemkot : Siswa yang Belum Vaksin Belajar Daring
Pencapaian vaksinasi Covid-19 untuk anak usia 6-11 tahun telah mencapai 63 persen
REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Pemkot Bandar Lampung merencanakan pembelajaran tatap muka (PTM) SD dan SMP di Kota Bandar Lampung pada Februari 2022. Saat ini, realisasi vaksinasi Covid-19 kelompok anak usia 6-11 tahun sudah mencapai 63 persen.
Wali Kota Bandar Lampung Eva Dwiana mengatakan, sekolah yang akan menggelar PTM pada Februari mendatang semua siswanya sudah mendapat vaksinasi Covid-19. “Semua sekolah yang siswanya sudah vaksinasi dapat mengelar PTM 100 peren,” kata Eva Dwiana di Bandar Lampung, Rabu (19/1).
Ia mengatakan, siswa yang belum mendapatkan vaksinasi dapat mengikuti pembelajaran secara daring. Namun, dia berharap semua siswa sekolah sudah dapat menerima vaksinasi minimal tahap pertama sebelum Februari 2022.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandar Lampung menyebutkan pencapaian vaksinasi Covid-19 untuk anak usia 6-11 tahun telah mencapai 63 persen. Dari jumlah tersebut, diperkirakan sudah 70 ribu lebih anak sekolah mendapat suntikan vaksinasi dosis pertama.
Plt Kepala Dinkes Kota Bandar Lampung Desti Mega Putri mengatakan, vaksinasi untuk anak usia 6-11 tahun terus dikebut dengan target mencapai 100 persen atau 100 ribu lebih menjelang Februari 2022. “Saat ini sudah 63 persen,” katanya.
Menurut dia, vaksinasi Covid-19 dapat digelar di sekolah maupun di puskesmas terdekat. Terkait dengan PTM 100 persen penuh pada Februari 2022, ia optimistis dapat mencapai target hingga 100 persen pelaksanaan vaksinasi anak di Kota Bandar Lampung.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Lampung, jumlah total sasaran vaksinasi anak usia 6-11 tahun di Lampung sebanyak 913.590 orang, sedangkan jumlah anak usia 6-11 tahun yang akan divaksin di Kota Bandar Lampung sebanyak 180 ribu anak, terealisasi dosis pertama 70 ribu lebih.
Beberapa wali murid SD meminta segera digelar PTM di sekolah seperti biasa. Hal tersebut dikarenakan sulitnya mendampingi anak belajar secara daring dengan peralatan seadanya. Menurut Rindu (38 tahun), saat mendampingi anaknya kelas 4 SD belajar daring banyak kendala.“Pokoknya repot dan susah belajar daring. Lebih baik di sekolah saja, karena ibunya bukan guru jadi sulit mengerti pelajaran,” kata Rindu, yang memiliki empat anak, dua sudah duduk di bangku SD.
Menurut dia, belajar di kelas atau sekolah untuk anak SD berbeda jauh dengan belajar di rumah. Kalau anak SD masih harus didampingi karena mereka belum mengerti, berbeda dengan anak SMP dan SMA sudah mandiri dan bisa menangkap pelajaran.