PM Finlandia Tegaskan Belum Berencana Bergabung dengan NATO
Finlandia siap berdiri bersama Eropa dan AS untuk konflik Rusia-Ukraina
REPUBLIKA.CO.ID, HELSINKI -- Perdana Menteri Finlandia Sanna Marin mengatakan pada Rabu (19/1/2022), Finlandia tidak berencana untuk bergabung dengan NATO dalam waktu dekat. Hanya saja, negara ini siap untuk berdiri bersama sekutu Eropa dan Amerika Serikat (AS) dengan menjatuhkan sanksi keras kepada Rusia jika menyerang Ukraina.
Marin mengatakan sangat tidak mungkin Finlandia akan mengajukan keanggotaan NATO selama masa jabatannya. Negara Nordik berbagi perbatasan 1.340 km dan sejarah yang sulit dengan Rusia dan Uni Soviet, termasuk bentrokan selama Perang Dunia II. Tetapi negara Nordik telah memilih hanya bekerja sama dengan aliansi keamanan Barat daripada bergabung.
Dalam jajak pendapat baru-baru ini oleh harian terbesar Finlandia Helsingin Sanomat, 28 persen responden ingin Finlandia bergabung dengan NATO, 42 persen menentang, dan sisanya tidak yakin. Artinya terdapat kenaikan 8 poin persentase dalam kelompok mendukung dari jajak pendapat terakhir di akhir tahun 2019.
"Secara keseluruhan, saya percaya diskusi NATO akan meningkat di tahun-tahun mendatang," kata Marin
Finlandia perlu menunjukkan dukungan publik yang substansial untuk bergabung dengan NATO agar dapat diberikan keanggotaan. Marin mengatakan Finlandia tetap teguh pada pendiriannya sebelumnya bahwa memiliki hak untuk bergabung dengan NATO suatu hari nanti jika memutuskan demikian.
"Tidak ada yang bisa mempengaruhi kita, bukan Amerika Serikat, bukan Rusia, bukan orang lain," ujar Marin.
Sebelum muncul pernyataan Marlin, Presiden AS Joe Biden menelepon Presiden Finlandia Sauli Niinisto untuk berbicara untuk kedua kalinya dalam sebulan pada Senin (17/1/2022) keduanya membahas pentingnya kemitraan pertahanan erat Finlandia dengan AS dan NATO.
Marin bungkam tentang diskusi itu tetapi mengatakan yakin negara-negara lain menghargai fakta bahwa Finlandia telah lama mempertahankan hubungan fungsional dengan Rusia. Dia pun tegas akan memberik sanski jika Moskow bergerak menyerang Kiev.
"Itu akan memiliki dampak yang sangat besar dan sanksinya akan sangat berat," kata Marin.