Ujung Penyesalan Para Kaum Kufur Nikmat Kala Turunnya Azab
Para kaum kufur nikmat mengutarakan penyesalan atas sikap mereka
REPUBLIKA.CO.ID, — Surat Al Anbiya menguraikan banyak kisah tentang para nabi-nabi serta kaumnya. Surat yang terdiri dari 112 ayat ini menghimpun lebih dari 16 nama-nama nabi di dalamnya.
Salah satu yang dijelaskan dalam surat ini adalah tentang bagaimana kaum-kaum terdahulu yang kufur terhadap nikmat-nikmat Allah ﷻ mendapat azab kebinasaan.
Digambarkan juga bagaimana mereka mengeluh atas apa yang diperbuat mereka yang justru mendatangkan azab Allah ﷻ. Sebagaimana Allah ﷻ berfirman:
وَكَمْ قَصَمْنَا مِنْ قَرْيَةٍ كَانَتْ ظَالِمَةً وَأَنْشَأْنَا بَعْدَهَا قَوْمًا آخَرِينَ (١١) فَلَمَّا أَحَسُّوا بَأْسَنَا إِذَا هُمْ مِنْهَا يَرْكُضُونَ (١٢) لَا تَرْكُضُوا وَارْجِعُوا إِلَىٰ مَا أُتْرِفْتُمْ فِيهِ وَمَسَاكِنِكُمْ لَعَلَّكُمْ تُسْأَلُونَ (١٣) قَالُوا يَا وَيْلَنَا إِنَّا كُنَّا ظَالِمِينَ (١٤) فَمَا زَالَتْ تِلْكَ دَعْوَاهُمْ حَتَّىٰ جَعَلْنَاهُمْ حَصِيدًا خَامِدِينَ (١٥)
“Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri yang zalim yang teIah Kami binasakan, dan Kami adakan sesudah mereka itu kaum yang lain (sebagai penggantinya) (11) Maka tatkala mereka merasakan azab Kami, tiba-tiba mereka melarikan diri dari negerinya (12) Janganlah kamu lari tergesa-gesa; kembalilah kamu kepada nikmat yang telah kamu rasakan dan kepada tempat-tempat kediamanmu (yang baik), supaya kamu ditanya (13) Mereka berkata: "Aduhai, celaka kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zaIim" (14) Maka tetaplah demikian keluhan mereka, sehingga Kami jadikan mereka sebagai tanaman yang telah dituai, yang tidak dapat hidup lagi (15). (QS Al Anbiya ayat 11-15).
Pakar tafsir Alquran yang juga pengasuh Pondok Pesantren Bayt Alquran-Pusat Studi Alquran, Dr Syahrullah Iskandar, menjelaskan kata kam dalam disebut dalam Alquran sekitar dua puluh kali yang terkadang dalam kategori khobariyah (untuk mengabarkan) dan terkadang dalam kategori istifhamiyah ( bertanya untuk mengetahui jumlah).
Pada ayat 11 surat Al Anbiya adanya lafadz kam mengabarkan betapa banyaknya kampung dan penduduknya yang dibinasakan Allah. Karena para penduduknya itu berbuat kezaliman. Dan kemudian setelah penduduk itu binasa, Allah ﷻ mendatangkan kaum lainnya.
Baca juga: Mualaf Syavina, Ajakan Murtad Saat Berislam dan Ekonomi Jatuh
Ketika penduduk kampung yang senang berbuat zalim itu telah merasakan siksaan atau azab dari Allah ﷻ, para penduduk kampung itu melarikan diri dengan tujuan untuk menghindar.
Akan tetapi sebagaimana digambarkan pada ayat ke 13, orang-orang itu dipanggil kembali untuk merasakan kesengsaraan atau siksaan dari Allah ﷻ.
Mereka pun sadar dan mengakui perbuatan zalim yang dilakukan mereka. Mereka pun terus menerus mengeluh seperti itu 'Aduhai, celaka kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zaIim'.
Ustadz Syahrullah menjelaskan dalam kitab Min Wahyi Al-Quran karya Syekh Muhammad Yahya bahwa ayat-ayat tersebut menjelaskan tentang bagaimana sunnatullah itu berlaku kepada makhluk-Nya.
Ustadz Syahrullah mengatakan bahwa Allah ﷻ mengutus para rasulNya dengan membawa hidayah dan bukti-bukti yang nyata. Tujuannya untuk lihidayati al basyariyah atau memberi petunjuk untuk manusia agar tidak menyembah selain kepada Allah ﷻ.
Meski begitu, banyak dari kaum-kaum yang telah diseru para nabi namun mereka tidak mau beriman. Mereka justru mendustasi para nabi dan rasul.
"Maka azab mendatangi mereka atau mereka layak untuk mendapatkan siksa karena kekufuran dan kezaliman mereka," kata Ustadz Syahrullah dalam kajian virtual Bayt Al Quran-Pusat Studi Alquran beberapa waktu lalu.
Ustadz Syahrullah menjelaskan diantara kaum-kaum itu ada yang diazab Allah ﷻ dengan dihujani batu, ada yang dihantam suara gemuruh dan angin kencang, ada yang ditimbun bumi, ditenggelamkan lautan dan lainnya.
Baca juga: Mualaf Erik Riyanto, Kalimat Tahlil yang Getarkan Hati Sang Pemurtad
Ini menunjukan bahwa setiap kaum yang menentang pada nabi dan rasul akan berujung pada kebiasaan. Dan ketika mereka mendapatkan itu mereka lari meninggalkan tempatnya.
"Pada saat itu mereka juga mengakui kekufuran dan kezalimannya. Mereka bilang alangkah celakanya kami, benar- benar dalam keadaan kezaliman, mereka terus menerus mengulang perkataan seperti itu," jelasnya.