80 Ribu Tempat Tidur di RS Disiapkan Antisipasi Lonjakan Kasus Omicron

Saat ini, 5.000 tempat tidur sudah terisi pasien Covid-19 di seluruh Indonesia.

AP Photo/Jean-Francois Badias
Saat ini, 5.000 tempat tidur sudah terisi pasien Covid-19 di seluruh Indonesia.
Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pemerintah sudah menyiapkan 80 ribu tempat tidur di berbagai rumah sakit untuk penanganan pasien COVID-19, khususnya penyebaran varian omicron. "Rumah sakit kita sudah siap untuk 80 ribu bed, sudah terisi 5.000. Jadi masih ada roomdan itu masih dinaikkan kembali menjadi 150 ribu tempat tidur. Untuk oksigen, obat-obatan dan tenaga kesehatan disiapkan dan mudah-mudahan tidak dibutuhkan karena kami berharap yang masuk RS akan lebih rendah," kata Menkes Budi Gunadi di Jakarta, Senin (24/1/2022).

Baca Juga


Budi menyampaikan hal tersebut seusai menghadiri rapat terbatas Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang dilakukan melalui sambungan konferensi video. "Untuk kesiapan obat kita ada stok 400 ribu (tablet) molnupiravir dan sedang perjalanan 400 ribu (tablet) impor lagi dan segera disebar ke seluruh apotik, sehingga bisa diambil di apotik, rumah sakit dan ada antivirus avifavir yang terbukti efektif dan sudah digunakan, ada 20 juta dosis tablet," katanya.

Terkait dengan kasus COVID-19 dengan varian omicron di Indonesia, Menkes mengatakan bahwa meski jumlah terkonfirmasi positif akan bertambah, tapi tingkat kematian akan lebih rendah dibanding dengan penyebaran varian delta. "Dari 1.600 kasus terkonfirmasi yang dirawat karena terkena omicron, yang membutuhkan oksigen hanya sekitar 20-an (pasien) dan yang wafat dua orang. Ini masih jauh sangat rendah dibanding kasus delta. Jadi apa yang perlu dilakukan? Tidak perlu panik, tapi harus terus waspada dan hati-hati karena penularan sedang tinggi, tidak perlu panik karena kebutuhan dirawat di RS dan kematian rendah," ucap Budi.

Ia juga meminta masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan secara disiplin, yaitu memakai masker, mencuci tangan dan mengurangi datang ke kerumunan. "Karena kasus semakin banyak, tidak semua akan dilakukan genome sequencing. Genome sequencinglebih kamiarahkan untuk menganalisisa pola penyebaran kasus omicron, dan kamiakan menggunakan PCR dan PCR SGTF yang bisa mendeteksi omicron yang sudah kamidistribusikan ke daerah-daerah," ujar Budi.

PCR SGTF adalah metode deteksi COVID-19 yang menggunakan kit RT-PCR, tetapi dengan reagen khusus untuk mengidentifikasi "S" genetarget failure (SGTF) yang dimiliki varian omicron. "S-gene" tidak terdeteksi dalam uji RT-PCR Thermofisher karena mutasi pada gen, sedangkan target gen lain, seperti E, N, Rd dan Rp gen bisa terdeteksi.

"Kami harapkan testing 1/1.000 penduduk per minggu tetap dijalankan dan strategi isolasi di rumah dan terpusat tetap kita jalankan. Bantuan dari telemedicinesudah dilakukan di Jakarta dan hasilnya baik," ucap Budi.

Budi tetap menegaskan karantina untuk pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) akan tetap dilakukan secara terpusat. "Karena positivity ratePPLN tinggi, masih 20-an persen. Kami jaga agar karantina dilakukan terpusat dulu untuk PPLN," kata Budi.

Melansir data Kementerian Kesehatan, hingga Ahad (23/1) ada tambahan 2.925 kasus baru positif COVID-19 di Indonesia, sehingga total ada 4.286.378 kasus positif COVID-19 sejak Maret 2020, sedangkan jumlah kasus aktif COVID-19 di Indonesia mencapai 18.891 orang dan jumlah pasien meninggal bertambah 14 orang, sehingga totalnya mencapai 144.220 orang.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler