Norwegia Tuai Kritik karena Sponsori Negosiasi Taliban-Barat

Aktivis perempuan kecewa karena Norwegia mengungan penjahat pelanggar hak perempuan.

Torstein Boe/NTB scanpix via AP
Orang-orang melakukan aksi protes di luar Kementerian Luar Negeri di Oslo, Nrwegia, Ahad (23/1/2022). Sejumlah aktivis perempuan Afghanistan mengkritik Norwegia karena telah menjadi tuan rumah pembicaraan antara Taliban dan Barat.
Rep: Kamran Dikarma Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Sejumlah aktivis perempuan Afghanistan mengkritik Norwegia karena telah menjadi tuan rumah pembicaraan antara Taliban dan Barat. Mereka merasa “dikhianati” oleh Oslo.

Baca Juga


“Saya menyesal untuk negara seperti Norwegia yang mengorganisasi konferensi tingkat tinggi ini, duduk dengan teroris, dan membuat kesepakatan. Saya sangat sedih. Malu pada dunia karena menerima ini dan membuka pintu bagi Taliban,” Wahida Amiri, seorang aktivis perempuan Afghanistan yang telah secara teratur melakukan aksi protes sejak Taliban kembali berkuasa pada pertengahan Agustus tahun lalu, dikutip laman Al Arabiya, Senin (24/1/2022).

Selain Amiri, beberapa aktivis perempuan Afghanistan turut mengkritik Norwegia lewat media sosial. "Norwegia telah mengundang penjahat dan teroris yang tidak menghormati hak-hak perempuan dan hak asasi manusia (HAM)," ujar seorang aktivis perempuan Afghanistan dari Bamiyan yang meminta tak dipublikasikan identitasnya. 

Menurut dia, sejak kembali berkuasa pada Agustus 2021, Taliban sama sekali belum memenuhi janjinya untuk kaum perempuan Afghanistan. “Mereka (Taliban) menentang perempuan dan kemanusiaan serta mereka tidak percaya pada kebebasan berbicara,” ucapnya.

Pekan lalu, dua aktivis perempuan Afghanistan, yakni Tamana Zaryabi Paryani dan Parwana Ibrahimkhel, ditangkap di kediaman mereka di Kabul. Penangkapan terjadi setelah mereka ikut dalam demonstrasi memprotes rezim Taliban. Taliban membantah terlibat dalam penangkapan keduanya.

Menteri Luar Negeri Taliban Amir Khan Mutaqqi memimpin delegasi kelompoknya ke Oslo pekan lalu. Mereka hendak bertemu dengan para pejabat perwakilan negara Barat dan anggota masyarakat sipil Afghanistan. Menteri Luar Negeri Norwegia Anniken Huitfeldt menekankan, pembicaraan tersebut tidak akan mewakili legitimasi atau pengakuan terhadap Taliban.

Dalam pembicaraan hari pertama yang berlangsung Ahad (23/1), topik yang dibahas adalah perihal memburuknya krisis kemanusiaan di Afghanistan. Hoda Khamosh, seorang pembela hak-hak perempuan Afghanistan turut diundang dalam pembicaraan dengan Taliban. Dia memperingatkan Barat bahwa jika mereka tetap diam atau mentoleransi Taliban, mereka ikut bertanggung jawab atas kejahatan yang berlangsung di Afghanistan. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler