Meski Gejala tidak Berat, Jangan Anggap Enteng Omicron
Masyarakat tetap perlu mewaspadai penyebaran virus Omicron.
REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Ketua Pokja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM, dr Gunadi, meminta masyarakat untuk tidak menganggap enteng Omicron. Serta, tetap mewaspadai penularan varian dari Covid-19 tersebut.
Meskipun infeksi varian ini menunjukkan gejala umum yang tidak berat, tapi bukan berarti tidak ringan. Sebab, Omicron memiliki gejala umum yang tidak berat, namun tidak jinak. Artinya, jika terkena mereka yang rentan tetap bisa menjadi berat.
Ia mengingatkan, varian Omicron telah pula menyebabkan kenaikan okupansi rumah sakit dan ICU, bahkan di Amerika Serikat dan negara-negara maju lain. Kondisi ini patut diwaspadai pemerintah dan seluruh elemen masyarakat yang ada di Tanah Air.
Selain memiliki kemampuan penyebaran cukup tinggi, Gunadi menyebut varian Omicron mampu mengelabui sistem imun tubuh. Varian ini mampu menurunkan kadar antibodi dalam tubuh, baik setelah vaksinasi maupun mereka yang pernah menjadi penyintas.
"Jangan sampai karena menganggap kurang berat jadi kurang waspada," kata Gunadi, Kamis (27/1/2022).
Varian Omicron memiliki transmisi 70 kali lebih cepat dari varian Delta. Jika mengenai orang sekitar kita, jadi lebih berat terutama pada lansia, komorbid dan mereka yang belum terima vaksin. Apalagi, belum divaksin karena alasan kesehatan.
Untuk itu, Gunadi kembali mengimbau masyarakat untuk terus waspada, menerapkan protokol kesehatan, melakukan vaksin hingga dua dosis dan booster meningkatkan antibodi. Langkah itu penting dilakukan tidak hanya sebagai perlindungan diri.
"Tapi, juga melindungi masyarakat yang masuk kelompok rentan," ujar Gunadi.
Gunadi menekankan, kasus Covid-19 kepada anak-anak akibat varian Omicron meningkat di beberapa negara. Meski begitu, memang masih perlu ada penelitian lebih mendalam terhadap fatalitas yang ditimbulkan varian baru tersebut.
Sebab, saat ini data masih minimal dan yang bisa dilakukan kita semua, termasuk pemerintah, melakukan vaksinasi ke anak. Walaupun masih menanti WHO, ia berharap, anak-anak di bawah usia enam tahun bisa mendapat persetujuan mendapat vaksinasi.
Ia menambahkan, adanya populasi yang belum divaksin menjadi sisi rentan. Populasi ini jadi titik virus bersirkulasi. Bila virus semakin sering bersirkulasi di masyarakat, maka semakin besar peluang timbulnya mutasi-mutasi baru virus corona.
"Ini terjadi kepada Omicron dan Delta, yang mana virus bersirkulasi cepat, maka timbul mutasi baru," kata Gunadi.
Baca juga : YKMI Ajukan Protes Kehalalan Vaksin Booster