Varian Omicron Terdeteksi di Sumbar, Epidemiolog Ingatkan Lagi Prokes

Pemerintah daerah melalui satgas Covid-19 diminta menggencarkan lagi tracing

Pixabay
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron. Epidemiolog Universitas Andalas, Defriman Djafri, mengingatkan lagi masyarakat Sumatra Barat (Sumbar) agar kembali mengetatkan penerapan protokol kesehatan.
Rep: Febrian Fachri Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Epidemiolog Universitas Andalas, Defriman Djafri, mengingatkan lagi masyarakat Sumatra Barat (Sumbar) agar kembali mengetatkan penerapan protokol kesehatan (prokes). Karena di Sumbar telah terdeteksi masuknya Covid-19 varian omicron.

“Kita tidak terlalu kaget, ini hanya menunggu waktu saja. Bisa terjadi gelombang ketiga jika kita tidak antisipasi dengan cepat. Kita harus kembali ketat prokes,” kata Defriman, Kamis (27/1/2022).

Defriman menyebut varian Omicron sudah pasti dibawa oleh orang yang baru kembali dari perjalanan luar negeri. Setelah itu, virus tersebut menular lewat transmisi lokal. Defriman meminta pemerintah daerah melalui satgas Covid-19 supaya menggencarkan lagi tracing terhadap orang-orang yang mengidap Covid-19 varian Omicron. Karena bila terlambat, ledakan kasus hanya akan menunggu waktu.

“Kita juga tidak tahu pasti apakah sampel selama ini itu random, atau memang yang dicurigai terkonfirmasi Omicron, ini perlu dipastikan,” ujar Defriman.

Defriman menilai Pemda harus serius merespons masuknya varian Omicron ini. Setidaknya kata dia untuk satu kasus, harus ada tracing terhadap 30 orang minimal. Supaya dapat meminimalisir resiko penularan.

Sebelumnya  Kepala Laboratorium Diagnostik dan Riset Terpadu Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Andani Eka Putra, mengatakan terdapat 15 sampel positif Omicron. 15 sampel tersebut didapat dari 31 sampel positif Covid-19.

"Saya memperkirakan 48 persen dari populasi Covid-19 di Sumbar, adalah Omicron," kata Andani, Kamis.

Andani menyebut data ini sinkron dengan peningkatan positivity rate di Sumbar dari 0,1 persen naik menjadi 0,4 persen, 0,6 persen, kemudian 0,8 persen dan sekarang 1 persen.
PR di Sumbar kata Andani hampir sama dengan data PR di Jawa dan Bali, serta berada di atas non Jawa dan Bali yang hanya 0,14 persen.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler