AS Minta China Dorong Rusia ke Meja Negosiasi

China telah meminta pihak yang terlibat krisis Rusia-Ukraina tetap tenang.

Reuters/Antara
Ukraina mulai menggencarkan wajib militer di tengah ancaman invasi Rusia. Wakil Menteri Luar Negeri Bidang Politik Amerika Serikat (AS) Victoria Nuland mengatakan Washington berharap China dapat mempengaruhi Moskow untuk melakukan diplomasi dalam krisis Ukraina.
Rep: Lintar Satria Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Wakil Menteri Luar Negeri Bidang Politik Amerika Serikat (AS) Victoria Nuland mengatakan Washington berharap China dapat mempengaruhi Moskow untuk melakukan diplomasi dalam krisis Ukraina. Sebelumnya China meminta pihak-pihak yang terlibat dalam krisis itu untuk tetap tenang.

Baca Juga


"Kami meminta Beijing untuk menggunakan pengaruhnya dengan Moskow untuk mendesak diplomasi karena bila terdapat konflik di Ukraina juga tidak akan baik bagi China," kata Nuland, Jumat (28/1/2022).  

Namun pakar kebijakan mengatakan saat ini hubungan China-Rusia berada di titik terbaik sepanjang sejarah. Washington tidak bisa berharap China akan mendukung posisi mereka dalam krisis Ukraina.

Negara-negara Barat sudah memperingatkan Rusia bila Moskow memutuskan invansi Ukraina mereka akan memberlakukan sanksi. Langkah ini dibangun sejak Rusia menganeksasi Semenanjung Krimea dan mendukung separatis di timur Ukraina pada 2014 lalu.

Tapi terdapat perbedaan antara AS dan sekutu-sekutunya di Uni Eropa yang mengandalkan Rusia sebagai pemasok gas ketiga ke negara anggota aliansi. Washington sudah berbicara dengan Jerman untuk memastikan proyek pipa gas Rusia-Jerman tidak beroperasi bila Rusia menyerang Ukraina.

"(Kami) melanjutkan pembicaraan yang sangat tegas dan jelas dengan sekutu Jerman, dan saya ingin menjelaskannya pada kalian hari ini, bila Rusia menginvasi Ukraina, dengan satu atau lain cara Nord Stream 2 tidak akan melangkah maju," kata Nuland.

AS sudah memastikan akan membantu Uni Eropa untuk mencari sumber gas alternatif bila Rusia memotong pasokannya. Tapi seluruh dunia sedang kekurangan pasokan gas.

Satu hari setelah diplomat-diplomat Ukraina, Rusia, Jerman dan Prancis membahas konflik di timur Ukraina dan sepakat untuk menggelar pembicaraan lebih lanjut. Menteri Luar Negeri Rusia mengatakan terdapat harapan untuk memulai dialog serius dengan AS tapi hanya pada isu-isu sekunder.

AS sudah meminta rapat Dewan Keamanan PBB pada Senin (31/1/2022). Duta Besar AS untuk PBB mengatakan rapat itu akan membahas ancaman yang ditimbulkan penumpukan pasukan Rusia di dekat Ukraina.

Putin yang tidak membicarakan krisis ini selama berpekan-pekan sudah memperingatkan "respon teknis militer" bila tuntutan Rusia diabaikan. Ia tidak menjelas maksudnya tapi pengamat menilai hal itu dapat berkaitan dengan pengerahan rudal.

Dalam tuntutan keamanan yang diajukan bulan Desember lalu Rusia meminta agar NATO berhenti melakukan perluasan, melarang Ukraina bergabung dan menarik pasukan dan senjata aliansi pertahanan itu dari negara-negara Eropa timur yang bergabung usai Perang Dingin.

Seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan krisis nuklir antara Moskow dan Washington tidak dapat dihindari tanpa langkah-langkah untuk memastikan prediktabilitas dan pengendalian.

Presiden AS Joe bIden mengatakan ia tidak akan mengirim pasukan AS atau sekutu untuk memerangi Rusia di Ukraina. Tapi NATO mengatakan menempatkan pasukan untuk berjaga dan mengerahkan lebih banyak kapal dan pesawat tempur ke Eropa timur.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler