Jangan Sampai Malioboro Jadi Seperti Kawasan Thamrin Seusai PKL Hengkang

Pemprov DIY hari ini menyebut, relokasi lebih dari 1.800 PKL Malioboro rampung

Wihdan Hidayat / Republika
Kawasan Malioboro mulai ditinggalkan pedagang kaki lima (PKL) di Yogyakarta, Selasa (1/2/2022). Pemkot Yogyakarta memberikan waktu pindah PKL Malioboro hingga Senin (7/2/2022) mendatang di Teras Malioboro I dan II. Beberapa PKL mulai mengukur lapak baru dan memindahkan gerobak PKLnya. Surat pengumuman untuk memindahkan gerobak PKL juga sudah ditempel oleh petugas.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Silvy Diah Setiawan, Antara

Baca Juga


Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Rabu (2/2/2022), akhirnya merampungkan proses relokasi pedagang kaki lima (PKL) Malioboro yang sudah dilakukan sejak 1 Februari 2022. Pada hari ini, sudah tak lagi terlihat PKL berjualan di sepanjang trotoar Malioboro.

"Sejak hari ini sudah tidak ada yang berjualan, suma sekarang banyak yang proses perpindahan dan kemudian yang kemarin belum pindah (lapaknya) baru dibongkar tadi pagi," kata Kepala Satpol PP DIY, Noviar Rahmad kepada Republika, Rabu.

Pihaknya melakukan upaya persuasif agar PKL segera pindah ke lokasi baru yang sudah disiapkan. Lokasi baru tersebut yakni di Teras Malioboro 1 (eks Gedung Bioskop Indra) dan Teras Malioboro 2 (eks Gedung Dinas Pariwisata DIY), dengan total PKL yang dipindah lebih dari 1.800 PKL. 

Upaya persuasif dilakukan dengan imbauan kepada PKL untuk mengosongkan trotoar Malioboro. Proses relokasi PKL ini akan dilakukan setidaknya hingga 7 Februari nanti.

"Jadi tanggal 1-7 (Februari) itu tidak diperkenankan lagi untuk membuka lapak di sepanjang Malioboro, 1-7 itu proses untuk perpindahan. Kemarin banyak mereka (PKL) berpikir bahwa 1-7 itu masih boleh berjualan, jadi dari kemarin kami imbau untuk menutup lapak untuk proses pindah," ujarnya.

Noviar menuturkan, di hari pertama relokasi masih banyak PKL yang meminta untuk tetap berjualan di sepanjang trotoar Malioboro. Hal ini dikarenakan Libur Imlek, sehingga masih banyak pengunjung yang datang.

Pihaknya pun hanya memberi toleransi PKL untuk dapat berjualan hingga 1 Februari. Namun, di hari kedua proses relokasi seluruh PKL sudah membongkar lapaknya untuk pindah ke lokasi baru.

"Hari ini sudah clear semua, sudah bersih, mereka sudah menepati janjinya untuk tidak berjualan lagi. Hari ini kita sudah menyisir satu per satu dari utara sampai ke Titik Nol, semua tidak ada lagi yang berjualan," tambah Noviar.

Ketua Umum Paguyuban PKL Malioboro Ahmad Yani (Pemalni), Slamet Santoso mengatakan, pada hari pertama sudah ada PKL yang pindah ke lokasi baru. Namun, pengunjung yang masuk masih terbilang sedikit.

"Hari pertama masih sepi, tapi nanti setelah lorong-lorong (di trotoar) tidak ada PKL, otomatis pengunjung akan masuk ke sini (ke lokasi baru). Kemarin masih ada PKL di lorong," kata Slamet.

Anggota Pemalni sendiri mendapatkan tempat di Teras Malioboro 1. Total ada 431 anggota Pemalni yang direlokasi.

"Pemalni semua di Teras Malioboro 1, mulai hari ini tidak ada yang berjualan di lorong (trotoar Malioboro)," ujarnya.

Terkait dengan memberdayakan kembali pendorong gerobak, Slamet menyebut, agar pemerintah mengakomodir. Pasalnya, kata Slamet, di tempat yang baru tenaga pendorong gerobak tidak terlalu dibutuhkan oleh PKL.

"Saya kira (tenaga bantu untuk sirkulasi barang dagangan) bisa diatasi oleh masing-masing pedagang. Kondisi sekarang sebetulnya tidak lagi membutuhkan pendorong gerobak untuk keluar masuk gudang," jelasnya.

Menurutnya, pendorong gerobak tersebut dapat diberdayakan dengan diberikan pekerjaan di lokasi baru. Seperti tukang jaga malam, tukang bersih-bersih atau mendapatkan pekerjaan lain dari pemerintah di lokasi baru.

 

"Kami sudah komunikasi juga dengan pendorong yang tidak punya kerjaan lagi, kami mendorong agar diakomodir (oleh pemerintah) agar dipekerjakan sebagai cleaning service, pemeliharaan taman atau mereka bisa ditempatkan sebagai jaga malam, itu yang kami ajukan," tambahnya.

 

 

In Picture: Paguyuban Pendorong Gerobak Demo Sultan di Kantor Gubernur

Warga yang tergabung dalam paguyuban pendorong gerobak PKL Malioboro melakukan aksi damai di depan Kantor Gubernur DIY, Yogyakarta, Senin (31/1/2022). Mereka menuntut Pemerintah Yogyakarta memberikan jaminan kerja bagi pendorong gerobak serta seluruh rakyat yang terdampak relokasi PKL Malioboro. - (Antara/Andreas Fitri Atmoko)

Pusat Studi Pariwisata Universitas Gadjah Mada (UGM) berharap kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta pascarelokasi PKL tidak berubah wujud seperti kawasan jalur pedestrian di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat. "Harus dijamin Malioboro tidak berubah sosok seperti (jalur pedestrian) di Jalan MH Thamrin di Jakarta sana yang ada gedung-gedung pencakar langit di sisi kanan kiri jalan," kata Kepala Pusat Studi Pariwisata (Puspar) UGM Prof Janianton Damanik saat dihubungi di Yogyakarta, Rabu.

Ia tidak ingin pascarelokasi PKL, sisi kiri dan kanan Jalan Malioboro justru kelak dihiasi bangunan-bangunan pencakar langit laiknya kawasan jalur pedestrian di Jalan Sudirman-MH Thamrin, Jakarta Pusat. "Jadi 'Kemalioboroannya' harus tetap ada, roh Malioboronya harus tetap menonjol," ucap Janianton.

Salah satu cara agar daya pikat yang melekat di Malioboro tidak hilang ialah dengan tidak membiarkan kawasan itu sekadar menjadi jalur pedestrian pada umumnya. Pemerintah DIY, menurut dia, perlu menerjemahkan makna Malioboro sebagai bagian dari sumbu filosofi Yogyakarta melalui berbagai narasi yang dipadu dengan atraksi seni dan budaya di sepanjang jalur itu.

"Kalau jalur pedestrian itu tidak ada event tentu kurang menarik. Kalau sekadar orang datang ke Malioboro untuk jalan saja itu kan tidak mungkin," tutur dia.

Menurut Guru Besar Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Fisipol UGM ini, Pemda DIY memiliki sumber daya yang besar untuk merevitalisasi imej Malioboro, salah satunya dengan menggandeng Institut Seni Indonesia (ISI). Dinas Kebudayaan DIY, kata dia, bisa memetakan berbagai sumber potensi kesenian dan kebudayaan untuk tampil di Malioboro secara berkala dengan menyusun agenda wisata (calendar of event).

"Anak-anak ISI itu kan orang-orang kreatif, ya sudah misalnya satu minggu sekali bisa pameran di situ," kata dia.

Meski kelak PKL tak lagi dijumpai di selasar kiri dan kanan Malioboro, ia yakin kawasan sentra wisata belanja di pusat Kota Yogyakarta itu tetap memikat wisatawan asalkan rohnya tetap terjaga. Sebaliknya, ia optimis penataan yang kini tengah dilakukan Pemda DIY bersama Pemkot Yogyakarta justru semakin membuat Malioboro lebih asri dan indah sehingga semakin mengundang wisatawan datang.

Ia tidak memungkiri bahwa sebagian wisatawan akan merasa kehilangan dengan pemandangan PKL yang melekat di kawasan itu. "Tapi kan ke depan kita bicara market millenial yang sudah ahistoris dengan masa lalu Malioboro. Jadi dari sisi itu tidak terlalu berpengaruh," kata dia.

Kendati demikian, ia meminta Pemda DIY tetap menjamin daya jual dagangan PKL Malioboro di Teras Malioboro 1 maupun Teras Malioboro 2 dengan mengoptimalkan strategi promosi. Pemda DIY, kata dia, harus menjamin agar para PKL tidak mulai dari nol untuk menjajakan dagangannya di tempat yang baru tersebut.

Menurut dia, Pemda DIY bisa mencontoh penataan sentra pedagang burung di Belgia. Kendati direlokasi di tempat yang baru, wisatawan tetap berminat mencarinya lantaran narasi promosi yang dibangun dengan diksi yang tepat.

"Jadi promosi yang kita bangun ke ke depan itu bukan ke tempat relokasi PKL, tapi ayo belanja ke tempat PKL yang dikemas lebih indah jadi orang imejnya positif," katanya.

Sekda DIY, Kadarmanta Baskara Aji mengatakan, melalui program relokasi PKL, trotoar Malioboro dikembalikan sesuai peruntukannya sekaligus menjadi Sumbu Filosofi Yogyakarta didaftarkan ke Unesco sebagai warisan budaya dunia. Sumbu Filosofi sendiri menghubungkan Tugu Pal Putih, Keraton Yogyakarta, dan Panggung Krapyak, yang mana Malioboro termasuk di dalamnya. 

"Jadi Sumbu Filosofi yang kita daftarkan itu peruntukan tata ruangnya sesai dengan aturan. Jadi misalnya saja trotoar itu bukan peruntukan untuk pedagang, tapi untuk pejalan kaki," kata Aji di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Senin (31/12022). 

 

Pendaftaran Sumbu Filosofi Yogyakarta ke Unesco sendiri sudah dilakukan. Juni 2022 nanti, kata Aji, Unesco akan melakukan verifikasi terkait Sumbu Filosofi ini. 

"Usulan sudah masuk, kita kan (mendaftarkan) melalui Kemendikbudristek dan sudah dikirim ke Paris. Lalu ada informasi Juni (pihak Unesco) akan kesini untuk verifikasi," jelas Aji. 

 

Event wisata di Yogyakarta - (Republika)

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler