Gejolak Keuangan Klub Top Eropa, Besar Pasak daripada Tiang

Klub-klub top Eropa mengalami kerugian gabungan setara 4 miliar euro (Rp 65 triliun)

AP/Alvaro Barrientos
Para pemain Barcelona (ilustrasi). Barcelona merupakan saah satu klub top Eropa yang terdampak keuangannya akibat Covid-19.
Rep: Anggoro Pramudya Red: Israr Itah

REPUBLIKA.CO.ID, NYON -- Klub sepak bola Eropa tengah dilanda permasalahan pelik. Sebab, kenaikan gaji pemain sepak bola seluruh Eropa pada 2021 tak berbanding lurus dengan pendapatan klub yang diklaim terus menurun oleh Federasi Sepak Bola Eropa (UFEA).

Baca Juga


Menurut laporan tersebut, klub-klub top Eropa mengalami kerugian gabungan setara 4 miliar euro (Rp 65 triliun) pada musim 2020/2021 akibat dilanda Covid-19, sementara upah naik rata-rata 2 persen.

Secara total biaya upah dan biaya agen, menyumbang pengeluaran yang setara dengan 91 persen dari pendapatan. Hal ini menyebabkan peningkatan pinjaman luar, dengan klub mengambil lebih dari 750 juta euro utang baru.

Andrea Traverso, direktur kesinambungan keuangan dan penelitian untuk UEFA, mengatakan laporan itu dengan jelas menunjukkan perlunya perubahan. "Hanya ada dua hal yang dapat melindungi sepak bola dan mempersiapkannya untuk kejutan di masa depan, kata Traverso dilansir dari the Guardian, Kamis (3/2/2022).

Argumentasi Traverso merujuk pada laporan benchmarking lisensi klub UEFA yang merupakan studi otoritatif dari 724 klub yang bersaing di 54 divisi teratas negara-negara anggotanya. Hal ini melukiskan gambaran betapa olahraga sepak bola yang diterpa badai Covid-19 terbelah oleh ketidaksetaraan struktural, yang menunjukkan angka-angka serta seruan untuk reformasi keuangan dalam industri ini.

"Pertama adalah langkah yang berarti menuju pengendalian biaya yang lebih baik, khususnya dalam kaitannya dengan upah dan transfer, serta penekanan yang lebih besar pada investasi jangka panjang dalam infrastruktur dan pengembangan pemain muda," jelas Traverso.

Sedangkan poin kedua menurut Traverso adalah bagaimana cara klub membangun kembali penyangga ekuitas.

"Cadangan uang tunai yang ditopang selama dekade terakhir telah menjadi garis pertahanan pertama yang penting terhadap kekurangan pendapatan," sambung dia.

Mayoritas kerugian yang diperoleh klub berasal dari efek bermain tanpa kehadiran penonton, dengan pendapatan dari penjualan tiket merosot drastis 88 persen pada 2020/2021.

Di sisi lain klub juga terkena penurunan pendapatan transfer, dengan uang yang dihasilkan oleh penjualan turun 40 persen. Kedua faktor ini, menurut Traverso, membantu menaikkan upah karena klub mengikat pemain dengan kontrak yang diperpanjang.

 

"Klub-klub di 20 liga teratas harus memilih antara membatasi kesepakatan gaji baru, bahkan jika itu berarti menempatkan aset pemain senilai 13 miliar euro dalam risiko, atau melindungi aset tersebut dengan memperpanjang kontrak pemain," kata Traverso.

Tertundanya akhir musim 2019/2020 juga membuat pendapatan beberapa klub ditangguhkan. Laporan tersebut menyarankan alasan untuk berharap, dengan kenaikan nilai sponsor utama dan kesepakatan sponsorship seragam serta prospek bagus untuk hak siar televisi internasional di masa depan.

Salah satu faktor terpenting pada musim 2021/2022, yakni kembalinya para penggemar ke stadion dan semangat yang terus dimiliki komunitas lokal untuk klub mendukung pergerakan juga kebangkitan keuangan mereka.

Sebelumnya, Presiden UEFA Aleksander Ceferin mengatakan, krisis Covid telah menyoroti sejauh mana sepak bola merupakan bagian dari tatanan kehidupan Eropa.

"Sepak bola adalah penyelamat sejati bagi banyak orang. Saya tidak akan membuat prediksi yang berani untuk tahun depan, kecuali untuk mengatakan bahwa, apakah pandemi tetap ada atau hilang, sepak bola Eropa akan tetap kuat, stabil, dan bersatu pada 2022."

Geliat bursa transfer pada dua sesi terakhir yaitu pada musim dingin 2021 dan musim panas 2021 memang tak banyak menghadirkan kejutan.

Seluruh tim-tim elit sepak bola Benua Biru lebih memilih mengencangkan ikat pinggang atau setidaknya menekan pedal rem untuk menyeimbangkan neraca keuangan mereka.

Tim sekelas Barcelona dan Inter Milan pun memutuskan untuk memangkas gaji pemain serta melepas beberapa pemain bintang seperti Lionel Messi, Romelu Lukaku, dan pelatih Antonio Conte demi menekan pengeluaran gaji mereka.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler