Perlukah Museum Holocaust di Indonesia?

MUI menilai museum Holocaust tak diperlukan di Indonesia.

www.ushmm.org
Salah satu sudut pameran di Perlukah Museum Holocaus di Indonesia?. Foto ilustrasi: Museum Holocaust, Washington, AS.
Rep: Dea Alvi Soraya Red: Muhammad Hafil

 

Baca Juga


REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA—Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri Sudarnoto Abdul Hakim mendesak agar Museum Holocaust di Minahasa Sulawesi Utara ditutup.

Keberadaan museum yang baru saja diresmikan pada 27 Januari 2022, bertepatan dengan peringatan Hari Holocaust Internasional, menurut Sudarnoto tak dibutuhkan di Indonesia. “Bagi MUI, memandang bahwa museum Holocaust ini tak diperlukan untuk Indonesia, tak diperlukan,” tegas Sudarnoto saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (3/2/2022).  

Dia menjelaskan sejumlah alasan yang membuat museum ini tidak diperlukan eksistensinya di Indonesia. Pertama, sesuai amat pembukaan UUD 1945, Indonesia telah menyatakan diri sebagai negara yang selalu akan membela kemerdekaan rakyat dan bangsa Palestina. “Jadi masyarakat internasional sangat mengetahui posisi dan besarnya dukungan bangsa Indonesia dalam memperjuangkan  kemerdekaan Palestina,” ujarnya. 

“Keberadaan museum ini juga akan mengecewakan rakyat Palestina juga negara lain yang sama-sama memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Karena Indonesia akan dianggap ‘main mata’ karena merestui berdirinya museum Yahudi, dan Palestina pasti akan sangat kecewa. Rakyat Indonesia yang selama ini membela Palestina juga pasti akan kecewa, belum lagi resiko timbulnya kontroversi,” ujarnya menambahkan. 

Alasan kedua, kata dosen Magister Sejarah dan Kebudayaan Islam UIN Jakarta ini, adalah keberadaan meseum yang akan berpotensi menjadi salah satu pintu yang memungkinkan masuknya gerakan Pro-Zionis Israel di Indonesia, sekaligus meluaskan peluang terjalinnya kembali hubungan diplomatik Indonesia dan Israel yang sejauh ini belum terjalin. 

“Karena posisi penting Indonesia dalam mendukung kemerdekaan Palestina, Israel sampai hari ini, dengan bantuan mitranya, memang terus berusaha meyakinkan Indoensia untuk membuka hubungan diplomatik dengan mereka, dan MUI dengan jelas mendukung dan mengapresiasi tindakan Kemenlu RI yang menolak ajakan normalisasi hubungan dengan Israel,” ujarnya. 

“Museum Holocaust ini bisa menjadi salah satu pintu masuk, di antara sekian banyak pintu, yang memungkinkan masuknya kekuatan pro zionis Israel untuk meyakinkan pemerintah Indonesia agar membuka hubungan diplomatik dengan mereka,” sambungnya. 

Alasan lain yang membuat museum ini sebaiknya ditutup, menurut Sudarnoto adalah alasan pembangunan museum yang diklaim bertujuan sebagai bentuk penghormatan untuk mengenang para korban yang gugur dalam peristiwa Holocaust, serangan genosida terhadap umat Yahudi oleh pasukan Nazi pada Perang Dunia II. Selain itu, museum ini juga akan difungsikan sebagai wadah edukasi masyarakat Indonesia tentang sejarah Holocaust. 

“Kalau sekedar untuk mengenang, ya silakan saja, itu hak mereka. Tapi jangan ajak orang lain, apalagi mereka yang bukan Yahudi atau tidak ada hubungan dengan Holocaust. Karena tidak ada kepentingan dan hubungannya. Maka jangan dipaksakan,” kata Sudarnoto. 

“Karena realitasnya, para zionis ini juga telah melakukan kejahatan yang persis seperti yang dilakukan Nazi ataupun Hitler saat Holocaust. Walaupun pada zaman Nazi, korban Holocaust ini adalah bangsa Yahudi, namun kini justru Yahudi yang berperan sebagai Nazi, dan menyiksa bangsa Palestina,” ujarnya menegaskan. 

Baca juga : Gus Wafi Minta Pemerintah Tutup Museum Holocaust di Minahasa

Menurutnya, jika tujuan kehadiran museum ini adalah untuk menanamkan pendidikan sejarah, maka akan lebih cocok jika museum ini menampilkan benda-benda prasejarah saat masa kemerdekaan Indonesia atau benda yang digunakan para pejuang tanah air, karena lebih berkaitan dengan sejarah bangsa Indonesia. 

“Kalau yang dikembangkan adalah pendidikan sejarah, Holocaust itu tidak cocok dengan sejarah bangsa indonesia, tidak ada keterkaitannya dengan Indonesia. Kalau mau mengembangkan pendidikan sejarah yang berkaitan denganIndonesia, maka orientasinya adalah tentang sejarah patriotisme Indonesia,” sarannya. 

“Karena Holocaust ini justru lebih cocok dengan sejarah Jerman dibanding Indonesia. Jadi museum ini tidak cocok dengan sejarah atau keperluan edukasi masyarakat Indonesia,” tambahnya. 

Sementara itu, Center For Inter Religious Study and Traditions (CFIRST), sebuah forum kajian antarbudaya dan agama menilai Museum Holocoust di Sulawesi Utara untuk mengingatkan adanya peristiwa kejahatan genosida yang dilakukan Nazi terhadap bangsa Yahudi.

Baca juga : Pembangunan Museum Holocaust di Tondano Dinilai tak Selaras Sikap Resmi RI

Anggota CFIRST, Pendeta M Arif Mirdjaja sangat menyayangkan penolakan dari para pejabat MUI yang meminta untuk menghancurkan museum tersebut. Pasalnya, hal tersebut berpotensi sebagai pernyataan antisemit yang ingin menghapus memori kekejaman Nazi.

"Jadi orang-orang yang merasa terganggu dengan upaya pengungkapan kebenaran dari peristiwa kejahatan di masa lalu dapat ditafsirkan setuju dengan holocaust dan jelas-jelas menunjukkan perilaku antisemit dan mungkin saja pro Nazi Hitler," kata Arif dalam keterangan resminya, Rabu (2/2/2022).

Sedangkan Wakil Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) Steven Kandouw mengaku turut mengapresiasi pembangunan Museum Holocaust. Steven mengatakan keberadaan Museum Holocaust menjadi catatan sejarah dunia. Steven mengaku sebuah kehormatan besar Minahasa bisa menjadi lokasi pembangunan museum tersebut. Menurutnya, pembangunan museum itu sudah tepat, karena hidup antarumat beragama di Sulut sangat baik.

Baca juga : Pihak Susi Air: Siapa Sebenarnya Paling Diuntungkan dari Pengusiran Paksa Ini?

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler