AS dan Jepang Sepakat Akhiri Kebijakan Tarif Baja Era Donald Trump
AS akan menangguhkan pungutan 25 persen atas impor baja yang masuk dari Jepang.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) dan Jepang akan mengumumkan kesepakatan yang akan mengakhiri tarif yang dikenakan pada baja Jepang di bawah mantan presiden Donald Trump. Washington akan menangguhkan pungutan 25 persen atas impor baja yang masuk dari Jepang hingga batas tertentu, dengan apa pun di luar itu masih dikenakan biaya tambahan. Hal itu menurut orang-orang yang menolak disebutkan namanya karena rinciannya bersifat pribadi.
Solusi tersebut mencerminkan kesepakatan yang dicapai AS dengan Uni Eropa pada Oktober yang mengakhiri tindakan hukuman sebanyak 10 miliar dolar AS antara satu sama lain. Banyak orang mengatakan, gencatan senjata tidak mencakup impor aluminium, yang tetap dikenakan tarif 10 persen.
Menurut data Departemen Perdagangan, Jepang merupakan sumber baja AS terbesar kelima. Seorang juru bicara Kantor Perwakilan Dagang AS menolak berkomentar. Departemen Perdagangan dan kedutaan Jepang di Washington pun tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Sengketa logam dimulai pada 2018, ketika Trump memberlakukan bea masuk pada baja dan aluminium dari Uni Eropa, Asia, dan tempat lain, dengan alasan risiko terhadap keamanan nasional. Uni Eropa kemudian membalas, menargetkan produk termasuk sepeda motor Harley-Davidson Inc, jeans Levi Strauss & Co, dan wiski bourbon.
AS membuat tawaran ke Jepang untuk menyelesaikan perselisihan pada Desember, tetapi Tokyo bertahan agar kesepakatan yang lebih baik dan ingin tarif dihapuskan sepenuhnya. Hal itu dikatakan seorang pejabat yang mengetahui pembicaraan itu.
Usulan Washington ke Jepang mirip kesepakatan dengan Uni Eropa. Sejumlah baja dan aluminium berdasarkan rata-rata historis yang dikirim akan diizinkan masuk ke AS tanpa bea masuk.
Dalam hal volume, Jepang hanya menyumbang sekitar 4 persen dari semua baja yang diimpor ke AS. Lalu 1,1 juta ton impor yang menurut perkiraan Administrasi Perdagangan Internasional berasal dari negara tersebut pada 2019 mewakili sekitar 1 persen dari semua logam yang dikonsumsi di AS.
Hanya saja, ini merupakan domino lain yang jatuh untuk negara-negara sekutu yang menerima pengecualian guna mengirim baja bebas bea ke pasar AS. Ini yang membuat produsen baja dalam negeri resah, karena mereka berpendapat hal itu menciptakan lereng licin yang membuka pintu bagi negara-negara tersebut dengan pengecualian untuk menggenjot ekspornya.
Pembuat baja AS juga memperingatkan negara-negara yang dikecualikan dapat bertindak sebagai titik tembus untuk logam yang berasal dari aktor jahat seperti China. Mereka khawatir Eropa, yang baru-baru ini menerima pengecualian, dan Jepang tanpa sadar dapat mengimpor logam dari negara-negara terlarang dan kemudian mengekspornya ke AS, membanjiri pasar.
AS mengimpor sekitar 1,7 juta metrik ton baja dari Jepang pada 2017, tahun terakhir yang tidak terpengaruh oleh tarif, dan 1,9 juta ton pada 2016, data Biro Sensus menunjukkan. Kesepakatan Jepang mencakup komponen karbon, kata salah satu orang yang akrab, sambil menambahkan, itu akan berbeda dari perjanjian dengan Uni Eropa.
Baca juga : Larangan Jilbab dan Jalan Terjal Prancis Berdamai dengan Populasi Muslim