Sekjen PBB: Keadilan dalam Distribusi Vaksin Dapat Akhiri Pandemi Covid-19
Rakyat dan negara membayar konsekuensi dari ketidakadilan penyebaran vaksin.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Rabu (9/2/2022) mengatakan bahwa keadilan dalam vaksinasi global dapat mengakhiri pandemi virus corona.
Guterres juga memperingatkan bahwa rakyat dan negara membayar konsekuensi dari ketidakadilan penyebaran vaksin.
"Jika kita ingin memastikan vaksinasi bagi semua orang untuk mengakhiri pandemi ini, pertama-tama kita harus menyuntikkan keadilan ke dalam sistem," kata Guterres pada kampanye penggalangan dana Kolaborasi Global untuk Mempercepat Pengembangan, Produksi, dan Akses yang Merata (ACT-Accelerator).
"Kita memasuki tahun ketiga pandemi - dan dunia masih jauh dari memenuhi target penting," tutur dia.
Sekjen PBB mengatakan pasokan dan peluncuran vaksin meningkat secara eksponensial dan "kami menebus waktu yang hilang di banyak negara. Akhir dari pandemi ini bisa jadi sudah di depan mata kami - tahun ini. Tapi kami harus bertindak sekarang."
Memuji kampanye ACT-Accelerator karena menyediakan jalan keluar dari pandemi dengan biaya, terkoordinasi, dan kredibel, Guterres meminta negara-negara untuk memberikan kontribusi keuangan yang adil.
“Di atas segalanya, kita membutuhkan investasi mendesak dalam pengiriman vaksin tepat waktu dan peningkatan pengujian. Ini adalah masalah keadilan – tetapi juga masalah keadilan – dan ini adalah masalah akal sehat yang lama,” urai Guterres.
“Kita bisa mengakhiri pandemi tahun ini,” kata dia.
ACT-Accelerator meminta negara-negara donor untuk menyumbangkan 16,8 miliar dolar AS dari anggaran 23,4 miliar dolar AS dalam pendanaan hibah langsung untuk periode Oktober 2021 hingga September 2022, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Baca: Tingkat Keterisian Tempat Tidur RS Covid-19 di Kota Bandung Meroket
Baca: Bandarlampung Aktifkan Kembali Posko Penyekatan Masuk Kota
Baca: 7 Kasus Pemerkosaan Terungkap di Tangerang, Korbannya Bocah Perempuan dan Laki-Laki