Larangan Jilbab India, Warga Bangladesh Dukung Muslim India

Mahasiswa Bangladesh berbaris di kampus sebagai solidaritas pada mahasiswa India.

AP Photo/K.M. Chaudary
Para wanita ikut serta dalam demonstrasi yang diselenggarakan oleh Awami Rickshaw Union untuk memprotes larangan gadis Muslim mengenakan jilbab di kelas di beberapa sekolah di negara bagian Karnataka, India selatan, di Lahore, Pakistan, Kamis, 10 Februari 2022. Larangan Jilbab India, Warga Bangladesh Dukung Muslim India
Rep: Mabruroh/Umar Mukhtar Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Sebanyak 50 mahasiswa di Universitas Dhaka di Bangladesh memberikan dukungannya kepada mahasiswa Muslim di India yang menolak larangan pemakaian jilbab di universitas. Mahasiswa muslim Bangladesh berbaris di kampus pada Rabu (9/2/2022) untuk mengekspresikan solidaritas mereka.

Baca Juga


Para siswa mengatakan mengenakan jilbab adalah pilihan pribadi dan praktik keagamaan wanita Muslim di seluruh dunia. Masalah ini harusnya menjadi kebebasan bagi Muslimah untuk memilih dan tidak ada negara yang berhak mengganggu kebebasan pribadi dan beragama seseorang.

Seorang mahasiswa hukum di Universitas Dhaka, Saleh Uddin Sifat, mengatakan beberapa mahasiswi di perguruan tinggi di Karnataka, India berada di ruangan terpisah selama jam pelajaran. Mereka dipaksa tidak berpartisipasi dalam kelas pada 7 Januari lalu.

“Ini adalah kebijakan yang sangat diskriminatif dan campur tangan terang-terangan dalam kebebasan beragama seseorang yang telah dilindungi dalam konstitusi India,” kata Sifat, seraya menambahkan ketidakadilan seperti itu tidak mungkin ada di dunia yang beradab.

Para mahasiswa Bangladesh juga menyatakan solidaritas dengan Muskan Khan, seorang mahasiswa di Karnataka yang dicemooh oleh massa sayap kanan Hindu di kampusnya. Sementara puluhan pemuda Hindu yang mengenakan selendang safron mengelilinginya dan dengan keras meneriakkan slogan “Jai Shri Ram” (Salam Tuhan Ram), Muskan yang mengenakan burqa bereaksi dengan berteriak “Allahu Akbar!" Sebuah klip video dari insiden tersebut dengan cepat menjadi viral di media sosial di seluruh dunia.

 

 

“Tidak ada yang berhak memaksa siapa pun untuk memakai jilbab atau meninggalkan jilbab. Tidak seorang pun boleh diganggu atau dilecehkan karena mengenakan jilbab. Ini bukan hanya tanda agama tetapi juga masalah kebebasan memilih,” kata Ashrefa Tasnim, siswa lainnya dilansir dari Yeni Safak, Jumat (12/2/2022). 

Tasnim mengatakan kelompok fasis dan ekstremis di India ingin menjatuhkan emansipasi perempuan. “Komunitas mahasiswa cinta damai di Asia Selatan dan sekitarnya akan menolak konspirasi apa pun untuk menghancurkan kerukunan komunal di kawasan itu dengan melarang jilbab,” tambahnya.

Sementara itu, sejumlah besar warga Bangladesh memuji video Muskan Khan di media sosial, menjulukinya sebagai simbol keberanian dan keyakinan. Banyak juga yang kini menggunakan fotonya sebagai foto profil media sosial mereka.

Muktadir Rashid Romeo mentweet insiden itu dapat memicu ketegangan agama di Asia Selatan, tetapi saksi sejarah (bahwa) umat manusia selalu menang. Mengacu pada pembalikan berani Muskan Khan sebagai waktu yang tepat, banyak yang meminta para pemimpin dunia menentang kebijakan negara yang menindas pemerintah Perdana Menteri India Narendra Modi terhadap Muslim.

“Dalam satu dekade terakhir, saya telah melihat banyak video di media sosial. Tapi saya belum pernah menonton video berkali-kali. Saya telah mengucapkan 'Allahu Akbar' secara naluriah sebanyak yang saya lihat video Muskan,” tulis jurnalis senior Muhammad Abdullah di halaman Facebook-nya.

 

 

Warga negara Bangladesh lainnya, Monjur e Alahi mengatakan dia akan memberi nama anaknya ketika lahir nanti dengan nama “Muskan Khan” dan akan menceritakan tentang kisah gadis Muslim India yang pemberani itu kepada anaknya. Wartawan televisi populer Mustafa Mollick di halaman Facebook-nya menyebut perjuangan berani Khan untuk membela hak mengenakan jilbab sebagai simbol iman.

Produser dan aktor Bollywood, Pooja Bhatt, juga menyampaikan tanggapannya. Dia menuturkan, dibutuhkan sekelompok pria untuk mencoba mengintimidasi seorang wanita. Tentu ini alasan yang begitu menakutkan dan menyedihkan bagi manusia.

"Mengacungkan syal mereka sebagai senjata, menutupi kelemahan mereka dalam kekejaman. Bagian yang cukup besar dari generasi tanpa kemudi yang hilang karena kebencian," tutur dia.

Muskan Khan yang dicemooh oleh para penjahat RSS mengatakan kepada NDTV India, "Kami akan melanjutkan (protes kami) karena (mengenakan jilbab) adalah bagian dari menjadi seorang gadis Muslim. Mereka (teman-teman dari komunitas lain) bahkan mendukung kami."

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler