Kanada Desak Warganya Segera Tinggalkan Ukraina
Ada potensi konflik bersenjata dengan adanya ancaman situasional oleh Rusia.
REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA -- Pemerintah Kanada telah mendesak warganya yang berada di Ukraina untuk segera meninggalkan negara tersebut. Hal itu karena adanya ancaman Rusia yang sedang berlangsung dan risiko konflik bersenjata.
"Saat ini kami terus bekerja sama dengan mitra kami dan memantau situasi, saya mendesak semua warga Kanada di Ukraina untuk membuat pengaturan yang diperlukan untuk meninggalkan negara itu sekarang," kata Menteri Luar Negeri Kanada, Melanie Joy dalam sebuah pernyataan pada Jumat (11/2) malam, dikutip Anadolu Agency.
Dia mengatakan, staf diplomatik dan konsuler Kanada di Ukraina akan tetap berada di lapangan. Mereka bakal memberikan bantuan konsuler kepada warga Kanada di sana. Selain Kanada, Belanda juga dilaporkan telah meminta warganya yang berada di Ukraina untuk meninggalkan negara tersebut.
Belanda bahkan hendak memindahkan sementara kedutaannya dari Kiev ke Lviv. Amerika Serikat (AS) juga telah meminta keluarga para diplomatnya di Ukraina untuk meninggalkan negara tersebut. Washington mengimbau warganya agar tak melakukan perjalanan ke Ukraina.
Saat ini, ketegangan memang masih berlangsung di perbatasan Rusia-Ukraina. Pemerintah Rusia mengatakan, tak ada hasil yang tercapai setelah pertemuan format Normandia yang melibatkan Ukraina, Jerman, dan Prancis. Pertemuan keempat negara itu bertujuan mengakhiri krisis di perbatasan Rusia-Ukraina.
"Kita semua menyaksikan bagaimana pertemuan para penasihat politik kemarin dari Empat Normandia berakhir sama sekali tanpa hasil,” kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov kepada awak media, Jumat, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.
Dia menyebutkan, beberapa diplomat seperti memiliki masalah saat membaca teks yang sangat singkat dan jelas dari Perjanjian Minsk 2015 antara Kiev dan Moskow tentang konflik di Donbass. “Sayangnya, pihak Ukraina melakukan segalanya untuk tidak memenuhi komitmennya,” ujar Peskov.
Pemerintah Ukraina turut mengonfirmasi tentang belum adanya kesepakatan yang tercapai setelah pertemuan dalam format Normandia. “Kita tidak dapat menyepakati sebuah dokumen bersama,” kata negosiator Ukraina sekaligus ajudan Presiden Volodymyr Zelensky, Andriy Yermak.
Kendati demikian, dia menekankan, para pihak akan terus bekerja dan bertekad mencapai hasil. “Semua orang hari ini menyatakan kesetiaan mutlak pada gencatan senjata, terlepas dari kondisi apa pun,” ujar Yermak.
Jerman menyebut, pertemuan format Normandia berikutnya dijadwalkan pada Maret mendatang. Format empat arah, Normandia, diluncurkan pada 2014. Format pembicaraan itu untuk mengakhiri pertempuran antara pasukan Ukraina dan kelompok separatis yang didukung Rusia di Donbass. Hingga kini, ketegangan masih membekap wilayah tersebut.