Suara Guruh Menggelegar adalah Gema Tasbih Alam kepada Allah SWT?

Alam juga bertasbih kepada Allah SWT meski kita tidak mengetahuinya

pixabay
Ilustrasi hujan dan guruh petir. Alam juga bertasbih kepada Allah SWT meski kita tidak mengetahuinya
Rep: Fuji E Permana Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Lazimnya, sambaran kilat atau petir akan diiringi oleh guruh menggelegar di langit-langit bumi. 

Baca Juga


Alquran dalam surat Ar Rad ayat 13 dan tafsirnya menjelaskan bahwa suara guruh yang terdengar oleh manusia adalah suara tasbihnya atau ucapan puji-pujian kepada Allah SWT. 

Hanya saja manusia tidak bisa memahami suara setiap ciptaan Allah SWT yang sedang bertasbih. 

وَيُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهٖ وَالْمَلٰۤىِٕكَةُ مِنْ خِيْفَتِهٖۚ وَيُرْسِلُ الصَّوَاعِقَ فَيُصِيْبُ بِهَا مَنْ يَّشَاۤءُ وَهُمْ يُجَادِلُوْنَ فِى اللّٰهِ ۚوَهُوَ شَدِيْدُ الْمِحَالِۗ

“Dan guruh bertasbih memuji-Nya, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, sementara mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia Maha Keras siksaan-Nya.” (QS Ar Rad ayat 13)

Tafsir Kementerian Agama menerangkan ayat ini bahwa, suara menggelegar yang dikeluarkan petir akibat terjadinya lompatan listrik yang sangat besar menurut Alquran adalah bacaan tasbihnya dalam memuji Allah SWT. 

Ini merupakan tanda ketundukannya kepada Allah SWT, menyucikan-Nya dari persekutuan dan pengungkapan kelemahan dirinya dibandingkan kekuasaan Penciptanya Yang Mahaluhur dan Maha-Agung. 

Tiap-tiap benda yang bersuara maka suaranya itu berarti tasbih, hanya saja manusia tidak mengerti bahasanya: 

وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَٰكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ “Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka.” (QS Al Isra ayat 44)

Baca juga: Kisah Puji dan Agus, Suami Istri yang Bersama-sama Masuk Islam

 

Apabila kita mendengar suara guntur dan halilintar, maka disunnahkan untuk membaca doa, sebagaimana hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari, Ahmad, At Tirmidzi, An Nasai dari Ibnu Umar, bahwa Nabi Muhammad SAW bila mendengar suara guntur dan halilintar beliau membaca ini: 

اّللَّهُمَّ لَا تَقْتُلْنَا بِغَضَبِكَ وَلاَ تُهْلِكْنَا بِعَذَابِكَ وَعَافِنَا قَبْلَ ذَلِكَ

"Ya Allah, janganlah Engkau membunuh kami dengan kemurkaan-Mu, janganlah Engkau membinasakan kami dengan azab-Mu, dan berilah kesehatan kepada kami sebelum itu."  

 

Ibnu Mardawaih meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah sebagai berikut. Rasulullah SAW bila ada tiupan angin yang keras atau mendengar suara guruh, warna mukanya berubah, lalu beliau berkata untuk guruh itu.  

سُبْحَانَ مَنْ سَبَّحَتْ لَهُ "Mahasuci Zat, yang guruh bertasbih kepada-Nya."

Kepada angin Nabi Muhammad berkata, "Ya Allah jadikanlah angin itu sebagai rahmat dan jangan jadikan sebagai azab."

Demikian pula para malaikat bertasbih karena takut kepada Allah SWT dan memuji kepada-Nya. Allah SWT melepaskan halilintar, lalu mengenai siapa yang Dia kehendaki dan membinasakannya. 

Namun demikian, mereka (manusia) tetap berbantah-bantahan tentang sifat-sifat Allah SWT yang telah diterangkan oleh Rasul-Nya. 

Seperti ilmu-Nya yang sempurna, kekuasaan, keesaan, dan ketentuan-Nya menghidupkan manusia kembali di hari kiamat untuk menghisab mereka pada hari pengadilan dan pembalasan. 

Pada ayat ini, Allah SWT menyuruh Nabi supaya bersikap sabar atas keingkaran orang-orang musyrik yang menuntutnya untuk mendatangkan mukjizat seperti tongkat Musa, mukjizat Isa, dan lain-lain. 

Padahal, Alquran sendiri adalah mukjizat terbesar dan kekal sepanjang masa, tidak dapat ditiru oleh siapapun juga. 

Allah SWT menyuruh Nabi bersabar karena mereka itu sudah melampaui batas sampai mengingkari ketuhanan Allah dan Keesaan-Nya, mengadakan berbagai sekutu bagi-Nya, mengatakan bahwa Allah mempunyai anak, dan mengingkari adanya hari kebangkitan dan pembalasan.

Baca juga: Pidato Guru Besar Hamid Fahmy Zarkasyi: Pandangan Hidup Inspirasi Peradaban Islam

 

Dengan cara demikian, Allah SWT menenteramkan hati Nabi supaya jangan larut dalam kesedihan dalam menghadapi semua tantangan itu, dan menyatakan bahwa Dialah Tuhan Yang Mahakeras (siksa-Nya), seperti tercantum dalam firman-Nya: 

وَكَذَٰلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَىٰ وَهِيَ ظَالِمَةٌ ۚ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ

 

“Dan begitulah siksa Tuhanmu apabila Dia menyiksa (penduduk) negeri-negeri yang berbuat zalim. Sungguh, siksa-Nya sangat pedih, sangat berat.” (QS Hud ayat 102).  

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler