Cerita Mahasiswa UMM Kuliah di Aziz Mahmut Hüdayi Turki
Mayoritas orang Turki tidak bisa menggunakan bahasa Inggris.n bahasa Inggris.
REPUBLIKA.CO.ID,MALANG--Mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial (IKS) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Nisrina Nur Husna berkesempatan merasakan belajar di luar negeri melalui beasiswa Hüdayi Vakfi Egitim ve Kültür Projesike untuk berkuliah di Aziz Mahmut Hü dayi, Kota Istanbul, Turki. Selama delapan bulan dia menimba ilmu di negeri tersebut.
Perempuan disapa Nisrina tidak menyangka bisa lolos program beasiswa tersebut dan terbang ke Turki. Saat awal kedatangan, ia harus melewati masa karantina selama sepuluh hari sebelum bisa masuk di kelas untuk mendalami ilmu di Program Studi (Prodi) Islamic Science.
Salah satu kendala utama yang ia rasakan tidak lain adalah adaptasi bahasa. Penguasaan bahasa ini penting mengingat mayoritas orang Turki tidak bisa menggunakan bahasa Inggris. "Pembelajaran yang diikuti juga menggunakan bahasa Turki, jadi mau tidak mau harus mempelajarinya sehingga dapat memahami dengan baik," kata Nisrina.
Beruntungnya, Nisrina dan kawan-kawan lainnya dibantu belajar bahasa Turki oleh masyarakat setempat. Mereka juga ramah dan suka bertukar senyum. Bahkan, ada mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang juga turut mengajari bahasa Turki.
Selain bahasa, adaptasi cuaca dan makanan menjadi kendala tersendiri. Kondisi iklim sub-tropis dengam lima cuaca sempat mempengaruhi kesehatan tubuhnya, terutama ketika musim gugur dan musim dingin yang tidak pernah ia rasakan di Indonesia. Sementara itu, untuk makanan sampai sekarang ia masih belum terbiasa dengan selera masakan khas Turki.
Mahasiswa asli Depok ini mengungkapkan, selama menjalankan program beasiswa di Turki, UMM dinilai banyak membantu terutama dalam aspek bidang akademik. Bahkan Prodi IKS memberikan kemudahan perkuliahan secara daring dengan penyesuaian tugas dan waktu Turki. Sederet dosen juga senantiasa mendukung penuh para mahasiswa yang menerima mahasiswa. “Sehingga saya tidak kesulitan melanjutkan kuliah di UMM tanpa harus memikirkan cuti,” ucapnya dalam siaran pers, Ahad (13/2/2022).
Anak keempat dari empat bersaudara ini kembali megungkapkan, Masjid Hagia Sophia menjadi tempat favoritnya selama di Turki. Menurutnya, masjid Hagia Sophia memancarkan suasana historis yang kuat dan hal tersebut yang menurutnya istimewa. Ia juga sesekali mengunjungi taman kota untuk sekadar bersantai atau membaca buku.
Nisrina berharap ilmu yang ia dapatkan selama di Turki bisa menjadi berkah untuk diri sendiri maupun orang lain. Membuka pintu yang dulunya tidak bisa ia gapai serta mendapatkan peluang untuk bisa mengajar di salah satu instansi pendidikan sehingga ilmu yang ia dapatkan bisa bermanfaat. Kemudian memberikan pemahaman bahwa tak ada mimpi yang terlalu besar jika senantiasa berusaha.