Jepang Beli 10 juta dosis Vaksin untuk Penguat

Vaksin penguat atau booster diberikan untuk mencegah penyebaran subvarian Omicron.

AP/Achmad Ibrahim
Seorang pekerja medis menunjukkan botol vaksin Pfizer COVID-19 selama kampanye vaksinasi di Stadion Patriot Candrabhaga di Bekasi di pinggiran Jakarta, Indonesia. Selasa, 8 Februari 2022. Pemerintah Jepang mengatakan setuju membeli 10 juta dosis tambahan vaksin Covid-19 dari Pfizer.
Rep: Lintar Satria Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Pemerintah Jepang mengatakan setuju membeli 10 juta dosis tambahan vaksin Covid-19. Dalam pengumuman Senin (14/2) pemerintah Jepang mengatakan vaksin Pfizer yang dikirimkan pada bulan Maret mendatang akan digunakan untuk vaksin booster atau penguat.

Baca Juga


Pada tahun ini Jepang sudah menandatangani kontrak untuk membeli 120 juta dosis vaksin Pfizer. Menteri Kesehatan Jepang Shigeyuki Goto mengatakan impor 45 juta dosis pada bulan Maret digunakan untuk dosis tambahan dan program vaksin penguat.

Pada awal Februari ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan subvarian BA.2 memiliki kemampuan 33 persen lebih menular dibandingkan dengan varian Omicron awal. Subvarian ini sudah terdeteksi di 57 negara.

Laporan epidemiologi mingguan WHO awal bulan ini menyebutkan, subvarian Omicron yang sangat menular, BA.2, menyumbang lebih dari setengah kasus Omicron yang telah dianalisis urutan genomnya.

Ahli epidemiologi dan Kepala Teknis WHO Maria Van Kerkhove mengatakan data awal menunjukkan BA.2 memiliki sedikit peningkatan dalam tingkat pertumbuhan dibandingkan versi pertama dari varian Omicron, BA.1.

"Tidak ada indikasi bahwa ada perubahan tingkat keparahan pada sub-varian BA.2," katanya.

Sejumlah negara maju menerapkan program vaksinasi dosis penguat untuk menghadapi perkembangan ini. Israel sudah memberikan dua kali dosis penguat. Artinya, warga negara Israel telah disuntik vaksin Covid-19 sebanyak empat kali.

Sebagian negara di Eropa Barat dan Amerika Serikat baru memberi satu dosis penguat. Program booster penguat ini ditanggapi dengan berbagai kritik karena vaksinasi negara-negara miskin masih di bawah 40 persen populasi. Sementara tanpa pemerataan vaksin, risiko mutasi galur Covid-19 terus menyebar.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler