Jangan Bully Orang Berjerawat, Ini Dampaknya Bagi Kesehatan Mental
Scott Mcglynn gagal dalam ujian sekolah setelah dirisak karena berjerawat.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Scott McGlynn dahulu putus sekolah setelah mengalami perisakan parah akibat berjerawat. Pria 34 tahun asal Caerphilly, Wales, Britania Raya, itu mengatakan memiliki jerawat sangat memengaruhi kesehatan mentalnya.
McGlynn sempat terpuruk, namun mendapatkan kembali kepercayaan dirinya setelah kulitnya membaik berkat mempelajari metode perawatan kulit saudara perempuannya. Dia mengoptimalkan penggunaan platform daring untuk mendiskusikan isu itu.
Sekarang, McGlynn adalah aktor dan influencer perawatan kulit. Dia menggagas "Celebrity Skin Talk Live" di Instagram, yang telah menampilkan sejumlah tamu selebritas. Beberapa di antaranya adalah Rebekah Vardy, Keisha Buchanan, dan Laura Anderson.
McGlynn tadinya tidak pernah membayangkan bisa berani tampil di depan kamera, terlebih menggunakannya sebagai mata pencaharian. Dia masih terngiang berbagai celaan yang dia dapat dari para pengganggu di sekolah.
"Sejujurnya saya tidak berpikir saya akan berjuang begitu keras dengan kecemasan dan depresi jika saya mendapat dukungan di sekolah," ujar McGlynn, seperti dikutip dari laman BBC, Rabu (16/2/2022).
Dia gagal dalam ujian sekolah karena tidak berdaya dengan kerentanan mental yang dirasakan akibat berjerawat serta menghadapi perisakan. McGlynn kala itu sangat butuh bantuan tapi tidak mendapatkannya.
"Saya perlu merasa percaya diri dan diberdayakan. Sebaliknya, saya merasa diserang dan tidak penting. Saya sedih. Jika saja saya mendapat dukungan, itu mungkin akan berbeda," ujarnya.
McGlynn berharap hal yang sama tidak terjadi kepada remaja mana pun. Dia kini mengetahui bahwa jerawat sangat umum terjadi pada siapa saja. Sekitar 95 persen orang berusia 11 hingga 30 tahun bisa saja memilikinya, dan itu wajar.
Jerawat lazimnya disebabkan oleh perubahan hormon, seperti selama masa pubertas atau kehamilan, dan kondisinya bisa naik turun. Banyak orang sembuh dari jerawat di usia remaja tetapi sekitar tiga persen orang dewasa di atas 35 tahun masih memilikinya.
Lewat siaran langsung di Instagram, McGlynn membahas semua itu, berikut metode perawatan kulit untuk mengatasinya. Dia punya kisahnya sendiri saat sembuh dari jerawatnya, dan berharap bisa membantu remaja yang punya masalah dengan citra tubuh.
Menurut McGlynn, pihak sekolah selama ini tidak cukup melindungi kesehatan mental remaja yang punya masalah jerawat. Ada lebih banyak yang harus dilakukan untuk mendukung dan memvalidasi psikis mereka.
Begitu pula jenama make-up dan perawatan kulit, yang dianggap McGlynn turut bertanggung jawab. Cara mereka merepresentasikan kulit ideal membuat banyak remaja berpikir kulitnya harus sesempurna itu.
McGlynn mendesak jenama menggunakan sosok dengan kondisi sehari-hari, bukan tampilan penuh penyuntingan. "Jika kita melihat model berusia 20 tahun dengan kulit bercahaya, tanpa bintik di wajah sama sekali, rasanya tidak mewakili,"ujarnya.
Perisakan yang dialami McGlynn serupa dengan pengalaman Isabel Thomas dari Cardiff. Perempuan yang kini berusia 20 tahun itu juga mengalami intimidasi di sekolah akibat berjerawat. Saking parahnya, Thomas tidak pernah memotret dirinya sendiri karena malu. Para perundung sering menyuruhnya pergi dan "mencuci muka".
Thomas berharap sekolah bisa berbuat lebih banyak untuk mendidik dia dan teman-temannya tentang penyebab jerawat. Sayangnya, itu tidak terjadi. Kulit Thomas membaik setelah dokter meresepkan obat Roaccutane.
Dia sering ogah keluar rumah karena merasa sangat terhina dan mengalami banyak gangguan. "Saya berharap bisa memberi tahu orang-orang betapa buruknya itu memengaruhi saya," ujarnya.