Hikmah Isra Miraj: Sholat Perjalanan Orang Beriman ke Langit
Sholat sejatinya adalah perjalanan orang yang beriman ke surga.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dosen dan peneliti hukum Islam asal Mesir, Muhammad Hassan, memberikan pemaparan tentang hubungan antara sholat dan Isra Miraj. Dia menekankan, sholat sejatinya adalah perjalanan orang yang beriman ke surga.
"Rasulullah SAW menunaikan sholat bersama para nabi di dalam Masjid al-Aqsha yang menegaskan bahwa beliau Nabi Muhammad SAW adalah penutup para nabi," kata dia seperti dilansir Elbalad, Rabu (16/2).
Kemudian ketika Rasulullah SAW tiba dalam perjalanannya di tujuh langit, beliau bertemu bapak para nabi, Nabi Adam AS, di surga pertama. Lalu ketika sampai di Sidra Al-Muntaha, Rasulullah berjalan sendirian di atas hamparan cahaya untuk menghadap Yang Maha Kuasa, Yang Maha Perkasa dan Maha Agung.
"Beliau menjelaskan bahwa Allah SWT menghadiahkan Rasulullah SAW dalam perjalanan Isra dan Mi'raj, yaitu shalat. (Karena itu), sholat adalah perjalanan Miraj orang yang beriman, karena sholat telah diwajibkan (bagi umat Nabi Muhammad SAW) saat di langit ketujuh," kata dia.
Hassan menambahkan, Nabi Musa AS meminta untuk bisa melihat Allah SWT, tetapi Allah tidak mengambulkan permintaan itu karena Nabi Musa tidak memenuhi syarat untuk melihat Allah SWT.
"Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau." Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku." Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu[565], dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman." (QS al-A'raf ayat 143)
Hal tersebut, lanjut Hassan, tidak seperti Rasulullah SAW, yang memang tidak meminta untuk dapat melihat Allah SWT. Syekh Nawawi dalam Nur ad-Dhalam menyampaikan, melihat Allah di dunia hanya dialami Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa Miraj, dan tidak terjadi kepada siapapun kecuali Rasulullah SAW.
"Melihat (Allah) dengan mata kepala di dunia secara sadar itu adalah kekhususan bagi Nabi Muhammad SAW, dan tidak pernah terjadi bagi selain beliau," kata Syekh Nawawi.