Molnupiravir Lebih Baik Lawan Covid-19 Dibandingkan Antibodi Monoklonal

Namun, belum ada studi klinis spesifik molnupiravir ampuh lawan Omicron.

EPA
Studi baru menyebutkan obat anti-virus Molnupiravir lebih baik melawan Covid-19 daripada antibodi monoklonal
Rep: Desy Susilawati Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi baru menyebutkan obat anti-virus Molnupiravir lebih baik melawan Covid-19 daripada antibodi monoklonal. Studi tersebut menunjukkan belum ada studi klinis yang menunjukkan efektivitas molnupiravir pada orang yang terinfeksi Omicron.

Baca Juga


"Tapi, analisis subkelompok menemukan molnupiravir efektif terlepas dari jenisnya meskipun tidak ada data yang tersedia untuk efeknya pada Omicron khususnya," tulis studi yang diterbitkan dalam jurnal, Diabetes & Metabolic Syndrome: Clinical Research & Review seperti dilansir dari laman The Quint, Jumat (18/2/2022).

Tidak seperti antibodi monoklonal, mekanisme kerja molnupiravir tidak tergantung pada mutasi pada protein lonjakan. Dengan demikian diharapkan bekerja melawan Omicron, secara teoritis.

Memang, penelitian in vitro sel VeroE6-GFP menunjukkan molnupiravir mempertahankan aktivitasnya melawan VOC Alpha, Beta, Gamma, Delta, dan Omicron. Temuan ini dilakukan bersama oleh tim dokter di Fortis C-DOC, GD Hospital and Diabetes Institute, Jawaharlal Nehru Medical College and Hospital, dan Diabetes Foundation.

"Secara umum, tidak ada keraguan itu efektif melawan Omicron, tapi ya itu belum diuji," ungkap Dr Anoop Mishra, Ketua Eksekutif dan Direktur, Diabetes dan Endokrinologi, Fortis C-DOC.

Penelitian tersebut juga menyatakan antivirus molnupiravir mungkin jauh lebih baik daripada antibodi monoklonal dan remedivisir. Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA), Casirivimab-imdevimab Regeneron tidak efektif melawan varian Omicron. Juga baik remdesivir dan casirivimab-imdevimab memerlukan rawat inap di rumah sakit untuk pemberian infus dan perlu pemantauan selanjutnya.

“Molnupiravir, di sisi lain, dapat digunakan dalam pengaturan rawat jalan melalui rute oral dengan biaya lebih rendah,” ujar Mishra.

Penelitian ini juga membuktikan pemberian Molnupiravir selama lima hari dapat mengurangi kematian dan terbukti efektif dan aman dengan biaya yang relatif lebih rendah. Pada pasien dewasa dan pasien yang tidak divaksinasi Covid 19 yang tidak hamil dengan peningkatan risiko keparahan atau memerlukan rawat inap.

Namun, Mishra memperingatkan terhadap penggunaan yang tidak tepat dan tidak bijaksana pada terlalu banyak individu tanpa menilai risiko. Dia juga mencatat dalam studi, rasio manfaat dapat menimbulkan risiko jangka panjang yang tidak diketahui dari perhatian publik teoretis.

Penelitian ini merekomendasikan penggunaan molnupiravir pada orang dewasa di atas 18 tahun, dan pada wanita yang tidak hamil. Wanita dengan potensi subur harus menggunakan metode kontrasepsi yang dapat diandalkan selama seluruh durasi pengobatan dan selama empat hari setelah dosis terakhir molnupiravir.

Juga, laki-laki yang memiliki potensi reproduksi harus menggunakan metode kontrasepsi yang dapat diandalkan selama pengobatan dan setidaknya 3 bulan setelah dosis terakhir molnupiravir.

“Dari bukti yang ada, Molnupiravir tampaknya menjadi obat yang cukup berguna dalam mengurangi kematian dan rawat inap pada pasien dewasa dengan Covid 19 yang berisiko tinggi, dengan biaya yang relatif lebih rendah," ujar Mishra.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler