Laporan WHO: Kasus Covid-19 Asia Tenggara Turun 37 Persen, Terbesar Secara Global

Penurunan kasus Covid-19 Asia Tenggara sadi yang terbesar secara global.

AP/Matt Dunham
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan lebih dari 16 juta infeksi Covid-19 baru.
Rep: Desy Susilawati Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan lebih dari 16 juta infeksi Covid-19 baru dan sekitar 75 ribu kematian dilaporkan di seluruh dunia pekan lalu. Hal ini disampaikan dalam laporan WHO belum lama ini.

Baca Juga


Pasifik Barat adalah satu-satunya wilayah yang melaporkan peningkatan kasus mingguan baru, peningkatan sekitar 19 persen. Kemudian, Asia Tenggara melaporkan penurunan sekitar 37 persen, penurunan terbesar secara global.

Jumlah kematian meningkat sebesar 38 persen di Timur Tengah dan sekitar sepertiga di Pasifik Barat. Jumlah kasus baru Covid 19 terbesar terlihat di Rusia. Kasus di sana dan di tempat lain di Eropa Timur berlipat ganda dalam beberapa pekan terakhir, didorong oleh lonjakan varian omicron yang sangat menular.

WHO mengatakan, semua varian virus corona lainnya, termasuk alfa, beta, dan delta, terus menurun secara global karena omicron menyingkirkannya. Di antara lebih dari 400 ribu urutan virus Covid 19 yang diunggah ke database virus terbesar dunia dalam sepekan terakhir, lebih dari 98 persen adalah omicron.

WHO mengatakan versi BA.2 dari omicron tampaknya terus meningkat dan prevalensinya telah meningkat di Afrika Selatan, Denmark, Inggris dan negara-negara lain. Pejabat kesehatan telah mencatat, omicron menyebabkan penyakit yang lebih ringan daripada varian Covid 19 sebelumnya dan di negara-negara dengan tingkat vaksinasi yang tinggi, tingkat rawat inap dan kematian tidak meningkat secara substansial, bahkan dengan penyebaran omicron.

"Pekan lalu meskipun tingkat vaksinasi rendah, Afrika sedang bertransisi dari fase pandemi akut Covid-19," ujar Direktur WHO Afrika, Dr. Matshidiso Moeti, seperti dilansir dari laman Fox News, Senin (21/2/2022).

Optimisme itu sangat kontras dengan peringatan dari Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, yang telah berulang kali mengatakan pandemi belum berakhir dan terlalu dini bagi negara-negara untuk berpikir bahwa kiamat sudah dekat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler