Paraguay Mulai Alami Krisis Kedelai

Kekeringan regional membuat produksi kedelai paraguay menurun.

Ilustrasi kedelai. Industri pengolah minyak kedelai di Paraguay melobi pemerintahnya untuk dapat mengizinkan impor kedelai dengan bebas bea masuk untuk pertama kalinya.
Rep: Dedy Darmawan Nasution Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, ASUNCION -- Industri pengolah minyak kedelai di Paraguay melobi pemerintahnya untuk dapat mengizinkan impor kedelai dengan bebas bea masuk untuk pertama kalinya. Hal itu diminta demi menjaga agar pabrik mereka tetap dapat beroperasi setelah mengalami krisis pasokan kedelai akibat kekeringan.

Baca Juga


Seperti dilansir dari Bloomberg, Selasa (22/2/2022), kekeringan regional membuat produksi kedelai paraguay untuk kebutuhan makanan dan ekspor minyak terbatas. Para pengusaha pun menginginkan adanya importasi untuk pertama kalinya demi menghindari penutupan pabrik.

Kelompok industri Cappro, yang anggotanya termasuk Archer-Daniels-Midland Co. dan Cargill Inc., mengusulkan pada Januari lalu untuk membebaskan bea masuk kedelai ke Paraguay.

Pembebasan bea masuk akan membuat kedelai impor layak secara ekonomi. Terutama untuk impor produsen Amerika Selatan lainnya seperti Argentina dan Brazil.

Pemerintah dan Cappro dijadwalkan untuk membahas masalah itu pada Selasa (21/2/2022), menurut manajer umum grup, Sandra Noguera, seperti dikutip dari Bloomberg. Namun, wakil Menteri Perindustrian Ramiro Samaniego mengatakan keputusan belum dibuat.

Industri kedelai Paraguay mengekspor 1,9 juta ton tepung kedelai dan 562.000 ton minyak kedelai pada tahun 2021. Angka itu setara 3 persen dari ekspor global sekitar 1,4 miliar dolar AS.

Adapun produk itu digunakan digunakan dalam pakan ternak, minyak untuk memasak dan bahan bakar nabati. Pabrik harus menghentikan operasinya dari Juni hingga panen berikutnya pada kuartal pertama 2023 jika mereka tidak dapat mengimpor biji, menurut Cappro.

Produksi kedelai Paraguay selama ini jauh lebih besar di negara tetangga Brasil dan Argentina.  Tetapi dengan kekeringan yang disebabkan oleh La Nina yang merusak tanaman, panen Paraguay tidak mungkin melampaui 4 juta metrik ton, hanya 40 persen dari yang biasanya bisa diproduksi.

Adapun pabrik pengolah kedelai di Paraguay telah membeli rata-rata 3,1 juta ton kedelai atau sekitar sepertiga dari tanaman lokal, dalam beberapa musim terakhir. Mayoritas hasil panen diekspor tanpa diproses, terutama ke pabrik saingan di Argentina.

Kendati demikian, langkah impor kedelai yang belum pernah terjadi sebelumnya itu tidak akan sepenuhnya mengimbangi produksi dalam negeri yang lebih rendah, kata Cappro.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler