Malcolm X: Amerika Perlu Memahami Islam

Malcolm X memiliki pandangan yang menarik tentang Islam, kapatalisme, dan media massa

Malcomx.com
Malcom X
Rep: Umar Mukhtar Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Malcolm X adalah seorang aktivis hak asasi manusia terkemuka yang menjadi terkenal sebagai juru bicara utama Nation of Islam. Dia dikenal karena meletakkan dasar gerakan kekuatan orang kulit hitam di Amerika Serikat dan menjadi advokat untuk memperjuangkan hak-hak mereka.

Baca Juga


Malcolm X memiliki pandangan yang menarik tentang Islam, kapatalisme, media massa dan pendidikan. Dalam buku tahun 1991 "Martin & Malcolm & America: A Dream or a Nightmare", Malcolm X juga menjelaskan mengapa dia masuk Islam.

"Saya seorang Muslim karena ini adalah agama yang mengajarkan mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Ini mengajarkan Anda untuk menghormati semua orang, dan memperlakukan semua orang dengan benar. Tapi itu juga mengajarkan ketika seseorang menginjak kaki Anda, potong kakinya. Dan saya selalu membawa kapak agama saya," kata Malcolm.

Dalam otobiografinya, Malcolm mengatakan, Amerika perlu memahami Islam karena ini adalah satu-satunya agama yang menghapus masalah ras dari masyarakatnya. "Sepanjang perjalanan saya di dunia Muslim, saya telah bertemu, berbicara, dan bahkan makan dengan orang-orang yang di Amerika akan dianggap putih, tetapi sikap putih itu dihapus dari pikiran mereka oleh agama Islam," tuturnya.

Selain itu, dalam biografi yang ditulis Roots Alex Haley dan diterbitkan setelah kematiannya pada 1965, Malcolm X memberi pandangan media massa. Dia mengatakan, jika tidak berhati-hati, maka surat kabar akan membuat siapapun membenci orang-orang yang tertindas, dan mencintai orang-orang yang menindas.

 

 

Menurut Malcolm, media adalah entitas paling kuat di dunia. Mereka memiliki kekuatan untuk membuat yang tidak bersalah menjadi bersalah dan membuat yang bersalah menjadi tidak bersalah, dan itulah kekuatan. Karena mereka mengendalikan pikiran massa.

Terkait pendidikan, dalam pidatonya di rapat umum pendiri Organisasi Persatuan Afro-Amerika pada 28 Juni 1964, Malcolm menyampaikan, pendidikan merupakan elemen penting dalam perjuangan hak asasi manusia. Ini adalah sarana untuk membantu anak-anak dan orang-orang menemukan kembali identitas mereka dan dengan demikian meningkatkan harga diri mereka. "Pendidikan adalah paspor untuk masa depan, karena hari esok hanya milik orang-orang yang mempersiapkannya hari ini," katanya.

Mengenai kapitalisme, Malcolm menyampaikan pandangannya pada salah satu pidato terakhirnya di Audubon Ballroom di New York. "Anda tunjukkan saya seorang kapitalis, dan saya akan tunjukkan pengisap darah," tutur Malcolm.

Dalam otobiografinya tahun 1965, dia mengatakan bahwa dirinya tidak punya belas kasihan terhadap masyarakat yang akan menghancurkan orang, dan kemudian menghukum mereka karena tidak mampu berdiri di bawah beban.

"Saya percaya dalam mengenali setiap manusia sebagai manusia, bukan putih, hitam, coklat, atau merah. Ketika Anda berurusan dengan kemanusiaan sebagai sebuah keluarga, tidak ada pertanyaan tentang integrasi atau perkawinan silang," kata Malcolm X seperti dikutip dalam otobiografinya. Sebab, bagi dirinya, itu hanya satu manusia yang menikah dengan manusia lain atau satu manusia yang tinggal di sekitar.

 

 

Malcolm juga belajar lebih awal bahwa menangis merupakan protes yang dapat menyelesaikan banyak hal. "Ketika kakak laki-laki dan perempuan saya sudah mulai sekolah, kadang-kadang mereka akan datang dan meminta biskuit mentega atau sesuatu dan ibu saya dengan tidak sabar, lalu dia akan mengatakan tidak kepada mereka," cerita Malcolm.

 

Namun, Malcolm akan menangis dan membuat keributan sampai dia mendapatkan apa yang diinginkan. Dia pun ingat betul bagaimana ibunya bertanya mengapa dirinya tidak bisa menjadi anak yang baik seperti Wilfred. "Tetapi saya akan berpikir sendiri bahwa Wilfred, karena begitu baik dan pendiam, sering kelaparan. Di awal kehidupan, saya sudah belajar bahwa jika Anda menginginkan sesuatu, sebaiknya Anda buat keributan," kata Malcolm X dalam otobiografinya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler