Ratusan Mahasiswa Palestina Tinggalkan Ukraina yang Dilanda Perang
Sekitar 3.000-3.500 warga Palestina berada di Ukraina sebelum invasi Rusia.
REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Presiden komunitas Palestina di Kiev, Ukraina Hatem Odeh mengatakan sebagian besar mahasiswa Palestina yang tinggal di Ukraina telah pulang ke Palestina.
Odeh mengatakan komunitas mereka bekerja sama dengan konsulat Palestina di Ukraina dan negara tetangga untuk membantu semua orang Palestina menyeberangi perbatasan internasional. Ia memperkirakan sekitar 3.000-3.500 warga Palestina berada di Ukraina sebelum invasi Rusia.
Ratusan di antara mereka merupakan pelajar. "Tantangan terbesar adalah membawa semua warga Palestina ke perbatasan Polandia, Rumania atau Slowakia," katanya, dilansir di The New Arab, Selasa (1/3/2022).
Oded menambahkan begitu mereka melintasi perbatasan, konsulat Palestina dan komunitas di negara tetangga akan menyambut dan membantu mereka dengan prosedur yang diperlukan. Kementerian Luar Negeri Otoritas Palestina (PA), Ahad (27/2/2022), memberitahukan Yordania sepakat membebaskan warga Palestina dari berbagai prosedur memasuki Yordania.
Melalui Yordania adalah satu-satunya cara mereka kembali ke Tepi Barat. Menurut Odeh, pihak berwenang Mesir memberi tahu komunitas Palestina tentang penyediaan fasilitas yang sama bagi mereka yang akan kembali ke Gaza melalui Mesir.
Kementerian juga menyatakan sebagai penduduk Ukraina, warga Palestina diberikan izin masuk 15 hari untuk tetap tinggal di Polandia. Polandia merupakan negara anggota Uni Eropa. Aturan ini hanya berlaku sampai Senin malam.
Konsul Palestina untuk Slowakia Dana Nazzal mengatakan Hungaria, Slowakia, dan Rumania mengeluarkan izin masuk sementara untuk warga negara non-Uni Eropa yang datang dari Ukraina, termasuk warga Palestina. Izin ini berlaku selama dua hingga tiga hari.
Nazzal mengatakan semua misi kelompok konsuler dan diplomatik Palestina di Ukraina dan negara-negara tetangga bekerja sama membantu warga Palestina yang ingin meninggalkan Ukraina. Bantuan juga diberikan setelah diterima oleh negara-negara tetangga yang bekerja sama dengan komunitas Palestina.
"Konsulat Palestina menawarkan akomodasi bagi warga Palestina yang tiba dari Ukraina selama tidak lebih dari tiga hari. Selama waktu tersebut mereka harus memesan penerbangan kembali ke Yordania atau Mesir," ujarnya.
Seorang mahasiswa kedokteran tahun kelima Palestina di kota Uzhhorod, Ukraina barat Ahmad Adi mengatakan sulit untuk melintasi perbatasan Ukraina. "Untungnya, saya dan mahasiswa lainnya di Uzhhorod dapat berangkat ke Hungaria, tetapi ada beberapa mahasiswa yang masih tertinggal, terutama di kota timur laut Kharkiv," ucapnya.
Titik penyeberangan penuh sesak dan prioritas diberikan pada orang Ukraina. "Mahasiswa Palestina lainnya dari Kharkiv tidak dapat memasuki Polandia karena alasan yang sama, dan akhirnya bergabung dengan kami di Uzhhorod sebelum menyeberang ke Hungaria," katanya.
Menurutnya, banyak mahasiswa dari Kharkiv mengatakan tiket bus dari sana ke perbatasan barat meroket hingga 100 dolar AS. Banyak dari mereka tidak dapat menerima transfer uang dari keluarga karena bank sudah berhenti memprosesnya.
"Meski tidak ada bantuan fisik dari konsulat atau kedutaan Palestina di Ukraina untuk meninggalkan negara itu, konsulat tetap berhubungan dan memberi mereka informasi, instruksi, dan kontak Palestina di negara-negara tetangga, yang juga membantu kami dengan surat-surat dan akomodasi," katanya.
Ia mengatakan akan kembali ke kampung halamannya di Hebron, Tepi Barat untuk sementara waktu. "Beberapa siswa akan melakukan perjalanan ke negara-negara Eropa lainnya, namun kami semua memiliki maksud yang sama, yaitu melanjutkan karier kami di Ukraina secepat mungkin," katanya.