Ratusan Nakes di Garut Terpapar Covid-19 Sejak Awal Tahun

Mayoritas nakes sudah sembuh dan kembali memberikan pelayanan kesehatan.

Republika/Thoudy Badai
Tenaga kesehatan menyuntikan vaksin booster (ilustrasi). Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Jawa Barat, mencatat terdapat sekitar 100 tenaga kesehatan (nakes) terpapar Covid-19 di daerah itu sejak awal 2022.
Rep: Bayu Adji P Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Jawa Barat, mencatat terdapat sekitar 100 tenaga kesehatan (nakes) terpapar Covid-19 di daerah itu sejak awal 2022. Namun, mayoritas dari ratusan nakes yang terkonfirmasi positif Covid-19 sudah sembuh dan kembali memberikan pelayanan kesehatan.

Baca Juga


Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Leli Yuliani, mengatakan, berdasarkan pendataannya terdapat kurang lebih 100 nakes positif Covid-19 pada lonjakan kasus kali ini. Ia menyebutkan, saat ini kasus aktif di kalangan nakes hanya tersisa 20 orang. 

"Sejak awal tahun, ada sekitar 100 nakes terpapar. Sekarang yang aktif ada 20-an," kata dia, Kamis (3/3/2022).

Menurut dia, banyaknya nakes yang terpapar Covid-19 disebabkan profesi mereka berhubungan langsung dengan pasien. Alhasil, bukan tidak mungkin nakes tertular dari pasien, meski telah menerapkan protokol kesehatan (prokes) dengan ketat. 

Leli menambahkan, terpaparnya nakes juga lebih mudah terdeteksi. Sebab, para nakes selalu menjalani pengetesan swab secara rutin dua pekan sekali. 

Kendati banyak nakes yang terpapar Covid-19, Leli menyebut, pelayanan kesehatan kepada masyarakat tetap berjalan seperti biasa. Saat nakes yang terkonfirmasi positif menjalani isolasi, tugasnya digantikan oleh nakes lainnya.

"Pelayanan jalan. Karena nakes yang positif itu tidak semua di satu tempat, tapi menyebar. Jadi masih ada yang menggantikan," kata dia.

Berdasarkan data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Kabupaten Garut per 2 Maret 2022, terdapat 1.759 kasus aktif di daerah itu. Dari total kasus itu, sebanyak 1.589 orang menjalani isolasi mandiri dan 170 orang isolasi di rumah sakit.

Leli mengatakan, dalam beberapa hari terkahir, terdapat penurunan laporan temuan kasus baru. Namun, ia menilai, penurunan itu bukan berarti kasus Covid-19 mulai masuk fase penurunan. 

"Secara laporan melandai. Namun kalau lihat di lapangan, masih banyak yang bergejala. Masalahnya, mereka tidak mau diperiksa (tes swab)," ujar dia.

Terdapat sejumlah alasan masyawakat di Kabupaten Garut tak mau menjalani tes swab. Salah satunya, gejala Covid-19 saat ini lebih ringan. 

"Mereka kebanyakan hanya merasakan batuk, pilek, sakit tenggorokan, selama tiga hari. Setelah itu biasa lagi," kata dia.

Karena itu, Leli menyebutkan, pihaknya terus berupaya melaksanakan vaksinasi kepada masyarakat. Dengan harapan, ketika masyarakat terpapar Covid-19, gejalanya lebih ringan. 

Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Garut, cakupan vaksinasi dosis pertama di daerah itu telah mencapai 88,7 persen. Sementara cakupan vaksinasi dosis kedua mencapai 54,1 persen. 

"Kami terus berkolaborasi dengan semua pihak dalam upaya vaksinasi ini. Misalnya, sertikat vaksinasi dosis kedua dijadikan syarat untuk mengurus sejumlah keperluan. Kami juga berikan bantuan kepada mereka yang mau divaksin," kata dia.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
 
Berita Terpopuler