Dukungan Ahmadinejad untuk Ukraina Ketika Iran Pilih Dukung Rusia
Perundingan gencatan senjata Rusia-Ukraina hari ini tidak mencapai titik temu.
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Kiki Sakinah, Rizky Jaramaya, Lintar Satria
Serangan Rusia ke Ukraina belum juga berhenti. Sejumlah tokoh dunia sudah menyatakan dukungannya bagi Ukraina, termasuk mantan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad.
Ahmadinejad melalui cicitannya di Twitter menyatakan dukungannya yang secara khusus dutujukan kepada "bangsa besar #Ukraina" dan presidennya, Volodymyr Zelenskyy. "Perlawanan Anda yang terhormat dan hampir tak tertandingi mengungkap plot setan musuh umat manusia," tulis Ahmadinejad, di situs media sosial tersebut, dilansir dari Al-Monitor, Jumat (4/3/2022).
"Percayalah bahwa bangsa besar #Iran berdiri di samping Anda. Sambil mengagumi kegigihan heroik ini," tambah presiden Iran periode 2005-2013 ini.
Twitter sendiri dilarang di Iran, tetapi banyak politikus menggunakan situs web tersebut. Meski menyatakan dukungan terhadap Ukraina, komentar Ahmadinejad ini secara langsung bertentangan dengan sikap Republik Islam Iran pada konflik ini. Iran diketahui mendukung Rusia.
Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian menyalahkan perang tersebut pada provokasi oleh aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, telah mengambil sikap serupa. "Ukraina adalah korban dari kebijakan penghasutan krisis Amerika," kata Khamenei pada 1 Maret 2022 lalu.
Para pemimpin Iran ini mengacu pada dukungan Barat untuk Ukraina untuk bergabung dengan NATO. Penerimaan potensial Ukraina ke NATO adalah salah satu alasan Rusia menginvasi tetangganya tersebut.
Di sisi lain, Iran abstain dari pemungutan suara pada resolusi PBB pekan ini yang mengutuk invasi Rusia dan menyerukan penarikan. Ini bukan pertama kalinya Ahmadinejad menyuarakan penentangan terhadap pemerintah Iran. Pada 2018, di tengah protes di Iran, Ahmadinejad mengkritik kebijakan ekonomi Presiden Hassan Rouhani saat itu.
Tahun lalu, Ahmadinejad mengecam tindakan keras pemerintah terhadap protes atas kekurangan air di provinsi Khuzestan barat daya. Pada tahun yang sama, Ahmadinejad membawa kritiknya ke tingkat yang baru dengan menuduh adanya "jaringan korup" di badan intelijen Iran yang melakukan spionase (mata-mata) atas nama kekuatan asing.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada Kamis (3/3/2022) mengatakan, Moskow akan melanjutkan operasi militernya di Ukraina sampai akhir. Lavrov dikutip dari Reuters juga mengatakan, Rusia tidak memikirkan perang nuklir.
Lavrov mengatakan, solusi untuk krisis di Ukraina akan ditemukan. Dia meyakini babak baru pembicaraan antara pejabat Ukraina dan Rusia akan dimulai.
"Pemikiran nuklir terus berputar di kepala politikus Barat tetapi tidak di kepala Rusia. Saya meyakinkan Anda bahwa kami tidak akan membiarkan provokasi apa pun untuk membuat kami tidak seimbang," ujar Lavrov.
Menurut Lavrov, dialog Rusia dengan Barat harus didasarkan pada rasa saling menghormati. Dia menuduh NATO berusaha mempertahankan supremasi. Sementara Rusia memiliki niat baik, dan tidak akan membiarkan siapa pun merusak kepentingannya. Lavrov mengatakan, Moskow tidak dapat mentolerir ancaman militer dari Ukraina.
"Moskow tidak akan membiarkan Ukraina menjaga infrastruktur yang mengancam Rusia," kata Lavrov.
Hari ini putaran kedua perundingan antara Rusia dan Ukraina berakhir tanpa kesepakatan gencatan senjata dan perang terus berkobar. Delegasi dari Rusia dan Ukraina bertemu di Brest, Belarusia selama beberapa jam. Putaran kedua digelar empat hari setelah putaran pertama.
"Putaran kedua negosiasi telah berakhir, sayangnya, hasil yang dibutuhkan Ukraina belum tercapai," kata penasihat presiden Ukraina, Mykhailo Podolyak di Twitter setelah usai perundingan, seperti dikutip ABC News, Jumat (4/3/2022).
Menteri Luar Negeri Rusia mengatakan negaranya akan terus menekan agar setiap kesepakatan damai dengan Ukraina harus memasukan janji "demiliterisasi" Ukraina. Rusia juga memberi sinyal ingin membahas agar Ukraina mengadopsi "status netral" dan setuju untuk tidak lagi berambisi bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Sebelum pertemuan digelar di media sosial Twitter, Podolyak menulis prioritas Ukraina dalam pertemuan itu adalah "gencatan senjata" dan "koridor kemanusiaan bagi warga sipil yang hendak evakuasi." Sebelumnya pemerintah Ukraina mengatakan mereka ingin Rusia menarik pasukannya dari Ukraina.
Usai perundingan Podolyak kembali mencicit pertemuan itu menghasilkan 'hanya solusi untuk koridor organisasi kemanusiaan'. Dalam konferensi pers dengan jurnalis asing, Menteri Luar Negeri Rusia Lavrov mengatakan Rusia siap bernegosiasi.
Lavrov mengatakan Rusia akan melanjutkan operasi militer selama proses perundingan berjalan. Ia mengatakan tidak bisa membiarkan "infrastruktur militer" yang mengancam Rusia tetap berada di Ukraina. Ia mengatakan setiap kesepakatan damai harus memasukan poin "demiliterisasi" Ukraina.
Kemarin Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengungkapkan tidak tertarik untuk melakukan demiliterisasi dan menyampaikan peringatan pada Presiden Rusia Vladimir Putin. "Anda akan membayar penuh semua yang anda lakukan pada Ukraina, dan kami tidak akan melupakan mereka yang gugur dan Tuhan juga tidak akan lupa," kata Zelenskyy dalam konferensi pers.
Zelenskyy mengatakan ia siap bertemu dan berbicara secara langsung dengan Putin. Ia juga kembali menyerukan zona "larang terbang" di atas Ukraina. Ia mengatakan langkah itu salah satu tindak pencegahan.
"Kami bangsa yang menghancurkan rencana musuh dalam satu pekan," kata Zelenskyy dalam unggahan di Facebook sebelumnya.
Ia memuji pasukan dan rakyat sipil Ukraina yang angkat senjata membela tanah air mereka. "Saya sungguh mengagumi kepahlawanan warga Konotop, Bashtanka, Energodar, Melitopol (dan) kota-kota dan desa-desa lain yang tidak membiarkan penjajah masuk dengan memblokir jalan. Warga menghadang kendaraan musuh. Ini sangat berbahaya. Tapi ini berani. Ini juga keselamatan," tulis Zelenskyy.
Namun ia mengakui tidak tahu sampaikan Ukraina dapat terus bertahan. Dalam rapat Dewan Keamanan Nasional yang disiarkan televisi, Putin mengatakan operasi militer khususnya ke Ukraina sesuai dengan rencana dan jadwal yang telah ditetapkan. "Semua objektif telah berhasil dicapai," kata Putin.
Tidak hanya gagal mencapai gencatan senjata tapi invasi Rusia ke Ukraina semakin intensif. Pemerintah negara bagian Ukraina mengatakan pasukan militer Rusia merebut pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia. PLTN yang terletak di sebelah tenggara Ukraina itu merupakan yang terbesar di Eropa.
"Personil operasional (inspektorat nuklir Ukraina) memantau kondisi unit-unit pembangkit listrik," kata pemerintah daerah di media sosial.
Pemerintah Ukraina mengatakan berusaha untuk memastikan operasi dijalankan sesuai dengan persyaratan keselamatan. Ukraina mengatakan pasukan Rusia menyerang PLTN itu pada Jumat dini hari, serangan mengakibatkan gedung latihan lima lantai terbakar.