Pasukan Antariksa AS Atur Ulang Sistem Komando, Fokus pada Ancaman China dan Rusia
Langkah parno sendiri militer AS ini untuk mengungguli China dan Rusia di luar angkasa.
ANTARIKSA — Komando Sistem Luar Angkasa Amerika Serikat, Space Force melakukan restrukturisasi. Hal itu dinilai mendesak sebagai upaya menambah energi baru pada birokrasi dalam menghadapi fokus baru mereka, persaingan sengit dengan China.
Para pemimpin Space Force mengungkapkan rincian reorganisasi itu dalam Simposium Perang Udara Asosiasi Angkatan Udara pada 4 Maret 2022. Kepala Operasi Luar Angkasa AS, Jenderal John Raymond mengatakan, dia dan Sekretaris Angkatan Udara Frank Kendall mengarahkan peninjauan Komando Sistem Luar Angkasa (SSC) tak lama setelah SSC didirikan pada Agustus.
Setelah peninjauan selama 90 hari, Kepala SSC Letnan Jenderal Michael Guetlein mengusulkan struktur baru yang dibangun di sekitar lima kantor eksekutif program (PEO). Yaitu Akses Terjamin ke Luar Angkasa; Komando, Kontrol, dan Komunikasi Manajemen Pertempuran (BMC3); Kesadaran Domain Luar Angkasa dan Dukungan Peperangan; Navigasi dan Pengaturan Waktu Komunikasi & Pemosisian (PNT); dan Penginderaan Luar Angkasa. Lima PEO akan melapor langsung ke asisten sekretaris Angkatan Udara untuk akuisisi dan integrasi ruang, yaitu kantor akuisisi sipil di dalam kantor Kendall. Mantan eksekutif Kantor Pengintaian Nasional Frank Calvelli ditunjuk untuk jabatan asisten itu.
Guetlein mengatakan, pekerjaan utamanya adalah sistem integrasi sistem. Salah satu masalah yang dia identifikasi di organisasi sebelumnya adalah fokusnya pada sistem demi sistem dan bukan kemampuan terintegrasi.
Kendall menyimpulkan masalah dengan akuisisi saat ini. "Secara keseluruhan, kami memulai lebih banyak program dari yang kami mampu, dan kami tidak memprioritaskan yang paling menjanjikan lebih dulu sehingga kami dapat memastikan mereka (China) melintasi lembah kematian menuju produksi dan lapangan,” kata Kendal. “Kami memiliki terlalu banyak birokrasi. Selama 30 tahun terakhir, AS tidak tinggal diam, hanya saja kami belum bergerak cukup cepat."
Perlu langkah berbeda
Space Systems Command (SSC) berdiri pada Agustus 2021 dan menggantikan Space and Missile Systems Center (SMC) yang pertama kali didirikan pada 1954.
"Tantangan yang ditimbulkan oleh senjata anti-satelit Rusia dan China membutuhkan cara yang sama sekali berbeda dalam memandang masalah,” kata Guetlein dalam sebuah wawancara dengan SpaceNews.
Sebagai Kepala SSC, Guetlein memimpin sekitar 10.000 personel dengan pengeluaran tahunan sekitar 11 miliar dolar AS, atau sekitar Rp 170 triliun. Guetlein mengatakan, dia ingin lima PEO berpikir lebih dari sekadar widget dan perangkat keras yang berdiri sendiri. Mereka harus bisa mengambil pendekatan gambaran besar terhadap misi yang perlu dilakukan dengan berbagai peralatan tersebut.
"Saya ingin seluruh komando fokus pada ancaman dan melawan ancaman. Ini membutuhkan tingkat integrasi dan jaringan yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Guetlein.
Angkatan Luar Angkasa pada bulan Januari 2022 juga telah mempekerjakan Claire Leon, mantan eksekutif Boeing yang sebelumnya memimpin program peluncuran ruang angkasa keamanan nasional. Dia menjadi salah satu pemimpin di salah satu kantor komando Space Force.
Brigadir Jenderal Steven Whitney, wakil militer di kantor asisten sekretaris Angkatan Udara untuk akuisisi dan integrasi ruang, menjalaskan kepada wartawan soal perubahan struktural itu pada 4 Maret, kemarin. Menurut dia, restrukturisasi Komando Sistem Luar Angkasa adalah evolusi logis untuk membangun komando kelas dunia.
"Mereka secara khusus berfokus pada ancaman, pengambilan keputusan yang gesit, membina kemitraan dengan sekutu kami dan mitra komersial kami, dan mereka akan memberikan kesatuan upaya yang unik dan terintegrasi, dan saya pikir itulah kuncinya.”
Sumber: Space News