Hong Kong Anjurkan Vaksin COVID Dosis Keempat Bagi Kelompok Rentan

Dosis tambahan disarankan diberikan tiga bulan setelah vaksin ketiga.

EPA-EFE/JEROME FAVRE
Anggota kabinet Hong Kong menerima suntikan vaksin COVID-19 di Pusat Vaksinasi Hong Kong, di Hong Kong, Cina, 22 Februari 2021. Pemerintah menyarankan orang dengan kekebalan rentan mendapatkan vaksin dosis keempat.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pihak berwenang Hong Kong telah merekomendasikan agar warganya yang termasuk kelompok rentan terhadap penyakit serius untuk menerima vaksin Covid-19 dosis keempat. Rekomendasi ini datang setelah kasus Covid-19 di Hong Kong kembali melonjak.

Baca Juga


Dilansir dari Caixin Global, Sabtu (5/3/2022), individu berusia 12 tahun atau lebih dengan sistem kekebalan yang lemah dianjurkan untuk menerima dosis tambahan tiga bulan setelah vaksin ketiga. Pemerintah mengumumkan anjuran tersebut pada Jumat.

Dalam pertemuan khusus tanggal 25 Februari lalu, para ahli dari Centre for Health Protection telah mencatat bahwa dosis tambahan untuk pasien dengan gangguan kekebalan sangat disarankan untuk perlindungan yang lebih optimal.

Hong Kong telah berjuang untuk menjinakkan gelombang kelima wabah Covid-19, dengan jumlah kasus harian mencapai 56.827 pada Kamis. Lonjakan kasus yang sebagian besar disebabkan oleh varian omicron, telah mendorong pemerintah untuk memperluas testing dan mengesampingkan lockdown.

Hong Kong telah mencatat lebih dari 1.300 kematian terkait Covid di rumah sakit umum sejak akhir Desember, sebagian besar didominasi orang tua dan pasien dengan penyakit kronis. Pada Jumat, Hong Kong mencatat 136 kematian baru, 131 di antaranya adalah orang berusia di atas 65 tahun, dengan otoritas kesehatan mengatakan bahwa lebih dari 90 persen dari mereka yang meninggal dalam gelombang ini belum menerima dua dosis vaksin.

Tingkat vaksinasi Hong Kong telah tertinggal dari beberapa wilayah lain dengan hanya 69,5 persen yang diinokulasi penuh, dibandingkan dengan 87,4 persen di Cina dan 79,8 persen di Australia, menurut Our World in Data. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler