Pemprov Jabar Sudah Revitalisasi 21 Pasar dengan Anggaran Rp 229,7 Miliar

Dari 25 pasar yang ditargetkan direvitalisasi yang sudah terealisasi ada 21 pasar

ANTARA/Arif Firmansyah
Pengendara motor melintas di depan Pasar Rakyat Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemerintah Provinsi Jawa Barat terus menambah jumlah pasar rakyat yang direvitalisasi, salah satunya Pasar Rakyat Cisarua yang merupakan pasar terluas di Jawa Barat dengan anggaran sebesar Rp29 miliar yang berasal dari Pemprov Jabar dan Pemkab Bogor.
Rep: Arie Lukihardianti Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil mengatakan, Pemprov Jabar akan terus merevitalisasi pasar agar nyaman. Hingga saat ini, dari 25 pasar yang ditargetkan direvitalisasi yang sudah terealisasi ada 21 pasar dengan dana sebesar Rp 229,7 miliar dari bantuan keuangan Pemda Provinsi Jabar.

"Adapun revitalisasi Pasar Pasalaran menelan biaya Rp 9,2 miliar dan Pasar Kue Waru Rp 13,5 miliar," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil saat meresmikan dua pasar tradisional sekaligus hasil revitalisasi Program Pasar Rakyat Jabar Juara di Kabupaten Cirebon, akhir pekan ini.

Sementara di 2022, kata dia, akan ada satu unit pasar yang akan direvitalisasi dengan dana Rp 4 miliar. "Kita akan terus memperbaiki pasar agar ekonomi rakyat jadi nomor satu lagi pasca-pandemi Covid-19," kata Emil.

Menurutnya, kedua pasar terbesar se-wilayah III Jabar itu adalah Pasar Pasalaran dan Pasar Kue Weru. "Istimewa, biasanya saya hanya meresmikan satu pasar tapi sekarang sekaligus dua pasar di Cirebon, menandakan betapa pentingnya revitisasi pasar yang menjadi jantung ekonomi di Jabar," katanya.

Emil mengatakan, melalui program Pasar Rakyat Jabar Juara semua pasar tradisional di Jabar ditargetkan tidak ada lagi kondisinya yang kumuh dan semrawut. Dengan begitu berbelanja akan semakin nyaman dan menjadi harapan bagi masyarakat golongan menengah ke atas.

"Saya bercita-cita semua pasar tradisional di Jabar tidak ada lagi yang kumuh dan semrawut," katanya.

Emil mengaku, senangnya ke pasar tradisional karena pemilik tokonya adalah masyarakat umum bisa sambil berdialog dan tawar menawar, di situlah letak kearifan lokalnya.

"Syaratnya pasarnya bersih dan rapi sehingga golongan masyarakat menengah atas makin ramai ke pasar tradisional," kata Emil.

Istimewa dari Pasar Pasalaran yaitu sudah memiliki sistem pembayaran nontunai. Pengelola pasar bekerja sama dengan Bank Indonesia dan bank bjb menyediakan pembayaran melalui QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard). Dengan transaksi menggunakan QR Code ini pembeli bisa lebih cepat, aman dan mudah dalam melakukan pembayaran di pasar yang memiliki 1.400 los pedagang itu.

"Ini menjadi target kedua di mana masyarakat tidak lagi bayar tunai tapi nontunai lewat QRIS yang akan jadi standar baru," kata Emil.

Menurutnya, saat ini masyarakat rata-rata sudah menggunakan telepon pintar dan paham dunia digital. Di sinilah Bank Indonesia maupun bank bjb harus mengambil peran memanfaatkan potensi tersebut dalam transaksi digital. Kang Emil berharap, secara bertahap transaksi digital ini menjadi kebiasaan baru di masyarakat.

"Hari ini semua orang pegang handphone dan paham digital, semoga QRIS ini menjadi kebiasaan baru di masyarakat dalam bertransaksi," harapnya.

Selain meresmikan wajah baru Pasar Pasalaran dan Pasar Kue Weru, Emil didampingi Bupati Cirebon, Imron, juga berkesempatan meninjau ketersediaan dan harga kebutuhan pokok masyarakat khususnya minyak goreng. Diketahui harga minyak goreng di Pasalaran melebihi harga yang ditetapkan Rp 14 ribu. Pihaknya pun akan segera mengkaji agar harganya kembali normal.

"Saya monitor minyak goreng ada tapi harga di atas Rp 14 ribu harusnya tidak boleh ada kenaikan, kita akan kaji, terpenting ada dulu. Untuk komoditas lainnya masih relatif terkendali," kata Emil.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler