Pengungsi Ukraina Capai 1,5 Juta di Hari ke-11 Invasi Rusia

Lebih banyak pengungsi Ukraina menyeberang ke Moldova.

AP/Andreea Alexandru
Seorang pengungsi pengguna kursi roda yang melarikan diri dari konflik dari negara tetangga Ukraina berbicara dengan petugas polisi di perbatasan Rumania-Ukraina, di Siret, Rumania, Kamis, 3 Maret 2022.
Rep: Fergi Nadira Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Jumlah pengungsi Ukraina diperkirakan mencapai 1,5 juta hingga hari ke-11 invasi Rusia pada Ahad (6/3/2022). Kedua belah pihak saling tuding atas perundingan gencatan senjata yang berakhir gagal.

Baca Juga


Suara tembakan berat terdengar ketika penduduk Volnovakha mencoba melarikan diri dari pertempuran. "Bantu kami kalau bisa, kami semua ingin hidup, kami punya anak, suami, kami ibu dan ayah, kami juga manusia," kata salah satu warga, Larisa.

"Ke mana saya harus pergi? Apa yang ada pada saya dan hanya sekantong barang yang saya punya. Hanya itu yang saya miliki," katanya ketakutan.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Antony Blinken, setelah pertemuan di Brussel dengan NATO, G7 dan Uni Eropa, bertemu dengan para pengungsi yang tinggal di gedung bekas pusat perbelanjaan bekas di Polandia.

Ksenia Tymofeeva (41 tahun), seorang pekerja bank di Kiev melarikan diri dua hari yang lalu. Dia meninggalkan suaminya dan rekan pekerja bank yang tetap tinggal di Ukraina untuk melawan Rusia.

"Dia tidak memiliki pengalaman militer, tetapi ini adalah tanah air kami," katanya di lokasi dekat perbatasan Polandia-Ukraina.

Lebih banyak pengungsi menyeberang ke Moldova. Blinken juga akan mengunjungi pusat pengungsi di daerah tersebut.

Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan 249 warga sipil telah tewas sejauh ini dan 553 terluka pada 3 Maret. Sementara, jumlah pengungsi mencapai 1,2 juta dan bertambah 160.000 orang.

 

 

Siap Berperang

Dalam pidato yang disiarkan televisi pada Sabtu (5/3/2022) malam, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy meminta orang-orang di daerah yang diduduki oleh pasukan Rusia untuk bertahan dan berperang.

"Kita harus pergi keluar dan mengusir kejahatan ini dari kota-kota kita," katanya. Zelensky bersumpah untuk membangun kembali bangsanya.

"Keyakinan saya dalam hal ini diperkuat oleh energi perlawanan kami, protes kami," ujarnya.

Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya menegaskan bahwa dia menginginkan Ukraina netral yang telah "dimiliterisasi" dan "didenazifikasi." Putin menyamakan sanksi Barat dengan deklarasi perang, dan menambahkan "Syukurlah itu tidak terjadi."

Ukraina dan negara Barat lain mencela alasan invasi Putin sebagai dalih yang tak berdasar. Negara-negara Barat telah memberlakukan sanksi besar yang sangat mengisolasi Moskow hingga melumpuhkan ekonominya.

Setelah bertemu dengan Blinken di perbatasan, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan, pihaknya berharap sanksi yang lebih besar untuk Rusia. Dia juga mengharapkan senjata baru untuk Ukraina dalam beberapa hari mendatang.

AS mengatakan akan memberi Ukraina lebih banyak senjata dan telah berulang kali memperingatkan dapat meningkatkan sanksi. Presiden Joe Biden mencari 10 miliar dolar AS dana darurat untuk menanggapi krisis.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler