Rusia Bongkar Rencana Serangan Militer Ukraina ke Donbass
Rusia ungkap dokumen persiapan Ukraina untuk operasi ofensif di Donbass pada Maret
REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kementerian Pertahanan Rusia mengungkap dokumen persiapan otoritas Kiev untuk operasi ofensif di Donbass pada Maret. Juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Igor Konashenkov, mengatakan, selama operasi militer khusus, dokumen rahasia komando Garda Nasional Ukraina menjadi milik militer Rusia.
Konanshenkov mengatakan, dokumen tersebut mengkonfirmasi persiapan rahasia oleh rezim Kiev untuk operasi ofensif di Donbas yang dijadwalkan pada Maret 2022. Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, media Barat yang mengutip pemerintah Ukraina mengatakan, Kiev ingin menyelesaikan masalah dengan dialog dan diplomatik. Kiev juga tidak berencana untuk menggelar operasi militer di Luhansk dan Donetsk.
"Namun, dokumen rahasia militer Garda Nasional Ukraina dengan jelas membuktikan kepalsuan pernyataan itu," kata Konashenkov, dilansir Sputnik, Rabu (9/3/2022).
Konashenkov mengatakan bahwa, dalam dokumen tersebut, Komandan Garda Nasional Ukraina, Mykola Balan, pada 22 Januari 2022 menjelaskan secara rinci rencana untuk mempersiapkan serangan di Donbass. Langkah untuk membangun kemampuan militer Ukraina di daerah Donbass dilakukan atas perintah Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina mulai 19 Januari. Arahan tersebut di atas dikeluarkan untuk melaksanakan langkah-langkah yang ditentukan oleh perintah Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina No. 39/304/78 tanggal 19 Januari 2022, dalam rangka meningkatkan kemampuan pengelompokan pasukan gabungan di wilayah wilayah Donetsk dan Luhansk.
"Ini juga dapat dilihat sebagai memberikan perhatian yang signifikan pada masalah pemilihan personel, evaluasi semua yang terlibat oleh psikolog, dan memastikan motivasi tinggi mereka," ujar Konashenkov.
Dokumen tersebut juga berisi instruksi semua kegiatan yang bertujuan untuk mencapai koordinasi tempur nasionalis, yang harus diselesaikan pada 28 Februari. Hal ini untuk memastikan pemenuhan misi tempur sebagai bagian dari Operasi Pasukan Gabungan Ukraina di Donbas.
Kobashenkov mengatakan, operasi militer khusus Rusia yang diluncurkan pada 24 Februari, telah menggagalkan rencana serangan besar-besaran oleh pasukan Ukraina di Luhansk dan Donetsk. Dia menambahkan bahwa, unit militer Ukraina yang akan dikerahkan dalam rencana serangan di Donbas telah dilatih oleh instruktur Amerika Serikat dan Inggris di Lviv sejak 2016.
Pada Februari, Rusia secara resmi mengakui Donetsk dan Luhansk sebagai wilayah yang merdeka. Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan operasi militer khusus di Ukraina, setelah otoritas Donetks dan Luhansk meminta bantuan untuk mempertahankan diri dari serangan lanjutan oleh pasukan Ukraina. Pemerintah Rusia menyatakan bahwa tujuan operasi tersebut adalah untuk menetralisir kapasitas militer Ukraina.