Presiden Turki dan AS Berbincang Soal Perang Rusia di Ukraina
Presiden Turki mengatakan kepada Presiden AS bahwa waktunya telah tiba untuk mencabut semua sanksi yang tidak adil terhadap Turki di industri pertahanan - Anadolu Agency
REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Kamis (10/3/2022) membahas beberapa masalah di kawasan, termasuk perang Rusia di Ukraina. Selama percakapan telepon, kedua pemimpin membahas hubungan bilateral serta krisis Rusia-Ukraina, menurut sebuah pernyataan dari Direktorat Komunikasi Turki.
Penting menyoroti Turki berada dalam posisi fasilitator dalam mencari solusi, jika krisis Rusia-Ukraina semakin dalam, kata Erdogan kepada Biden.
Para menteri luar negeri Turki, Rusia, dan Ukraina menggelar pertemuan tripartit di Antalya dan itu merupakan kemenangan diplomatik dengan sendirinya, tutur presiden Turki. Ketiga menlu bertemu pada Kamis pagi dengan tujuan mencapai perdamaian abadi ketika perang Rusia-Ukraina telah memasuki minggu ketiga.
Pertemuan tripartit tingkat tinggi dimulai pada pukul 11.20 waktu setempat di sela-sela Forum Diplomasi Antalya di selatan Turki dan berlangsung selama lebih dari satu jam.
Permintaan Turki untuk pesawat baru dan modernisasi jet F-16
Erdogan mengatakan dia mengharapkan permintaan Ankara, yang mencakup pembelian 40 pesawat baru dari AS dan modernisasi jet F-16 Turki, akan dipenuhi sesegera mungkin. Waktunya telah tiba untuk mencabut semua sanksi yang tidak adil terhadap Turki di industri pertahanan, ujar presiden Turki.
Pada 2019, Washington mengumumkan bahwa mereka mengeluarkan Turki dari program F-35 karena Ankara membeli sistem pertahanan udara S-400 Rusia. Turki menekankan bahwa S-400 tidak akan diintegrasikan ke dalam sistem NATO dan karena rudal itu tidak menimbulkan ancaman bagi aliansi atau persenjataannya.
Ankara juga telah berulang kali mengusulkan pembentukan komisi untuk mengklarifikasi masalah ini.
'Apresiasi' pada upaya Ankara
Gedung Putih juga mengeluarkan pernyataan mengenai pembicaraan via telepon, di mana kedua pemimpin sama-sama memiliki keprihatinan atas perang Rusia di Ukraina.
"Mereka menegaskan kembali dukungan kuat mereka untuk pemerintah dan rakyat Ukraina, menggarisbawahi perlunya penghentian segera agresi Rusia, dan menyambut tanggapan internasional yang terkoordinasi terhadap krisis tersebut," kata pernyataan itu.
Biden menyampaikan "penghargaan" atas "upaya Turki untuk mendukung resolusi diplomatik terhadap konflik," bersama dengan "keterlibatannya baru-baru ini dengan para pemimpin regional yang membantu mempromosikan perdamaian dan stabilitas," tambah Gedung Putih.
Kedua pemimpin juga membahas peluang untuk memperkuat hubungan bilateral antara kedua negara.
Baca juga : Harga Minyak Dunia Turun karena Rusia Berjanji Penuhi Kewajiban Kontrak Pasokan
Perang Rusia di Ukraina, yang dimulai pada 24 Februari, telah menarik kecaman internasional, menyebabkan sanksi keuangan di Moskow, dan mendorong penarikan perusahaan global dari Rusia.
Setidaknya 516 warga sipil telah tewas dan 908 lainnya terluka di Ukraina sejauh ini, menurut angka PBB, dan jumlah korban sebenarnya dikhawatirkan akan lebih tinggi.
Lebih dari 2,3 juta orang telah meninggalkan Ukraina ke negara-negara tetangga, menurut badan pengungsi PBB.