Herd Immunity Lewat Vaksinasi Dikejar Sebelum Idul Fitri

Dibutuhkan 750 ribu suntikan per hari demi cakupan vaksinasi 70 persen dari populasi.

Republika/Putra M. Akbar
Tenaga kesehatan menyuntikan vaksin Covid-19 kepada warga di kawasan Tebet, Jakarta, Rabu (9/3/2022). Pemerintah menargetkan cakupan vaksinasi dosis lengkap 70 persen dari populasi sebelum Idul Fitri. (ilustrasi)
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dian Fath Risalah, Rr Laeny Sulistyawati, Dessy Suciati Saputri, Antara

Baca Juga


Pemerintah menginginkan 70 persen dari populasi sudah divaksinasi dosis lengkap sebelum Idul Fitri pada tahun ini. Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan dibutuhkan laju suntikan minimal 750 ribu per hari untuk memenuhi target itu.

"Kami telah hitung skenarionya, April 2022 saat Ramadhan, mudik, Idul Fitri, kita bisa bila kita mencapai 70 persen vaksinasi lengkap seluruh populasi," kata Siti Nadia Tarmizi dalam sebuah diskusi daring, di Jakarta, Jumat (11/3/2022) sore.

Nadia mengatakan, sejak program vaksinasi Covid-19 bergulir di Indonesia pada 13 Januari 2021, pemerintah telah mengintensifkan laju suntikan vaksinasi rata-rata 1 juta hingga 2 juta suntikan per hari yang disesuaikan dengan ketersediaan vaksin di Tanah Air. Hingga saat ini, kata Nadia, total 365 juta lebih dosis vaksin telah disuntikkan kepada masyarakat sasaran.

Sebanyak 192 juta lebih (92,68 persen) di antaranya merupakan pemberian dosis pertama, 150 juta lebih (72,16 persen) dosis kedua dan 14 juta lebih (6,73 persen) dosis ketiga atau booster dari total masyarakat sasaran berjumlah 208 juta jiwa lebih.

"Bila target 70 persen ingin dicapai pada akhir bulan April 2022, maka laju suntikan dosis kedua harus ditingkatkan menjadi 750 ribu per hari," katanya.

Jika capaian vaksinasi dosis kedua kurang dari target harian 750 ribu suntikan per hari, kata Nadia, maka target dosis kedua untuk 70 persen populasi paling lambat dicapai pada Mei 2022. Nadia mengatakan vaksin tidak 100 persen melindungi masyarakat dari penularan SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 sehingga perlu dikombinasikan dengan peningkatan efektivitas proteksi dengan protokol kesehatan.

"Risiko infeksi sama dengan jumlah virus dibagi imunitas. Jadi kalau imunitas tinggi pasti risiko infeksi rendah," katanya.

Nadia menambahkan, kebijakan transisi dari Pandemi Covid-19 perlu diterapkan secara bertahap dan disiapkan peta jalan untuk mempersiapkan normalisasi aktivitas masyarakat melalui kebijakan pengendalian Covid-19 dengan target agar tingkat hospitalisasi dan kematian tetap pada level yang rendah.

"Langkah awal di antaranya peningkatan cakupan dosis vaksinasi kedua dan juga booster, peningkatan kapasitas surveilans kasus aktif, testing dan tracing hingga jaminan akan fasilitas respons kesehatan yang mumpuni," katanya.

Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan Covid-19 Prof Dr dr Syamsul Arifin MP Kamis (10/3/2022) menyatakan, pandemi Covid-19 akan berubah menjadi endemi tatkala tingkat penularan terkendali dan telah terbentuk kekebalan kelompok (herd immunity) di tengah masyarakat yang bisa terwujud melalui program vaksinasi. Namun sayangnya, menurut dia, cakupan vaksinasi dosis lengkap di Indonesia masih jauh dari target.

 

"Jika kita hitung dengan jumlah penduduk Indonesia tahun 2022, maka cakupan vaksinasi dosis lengkap baru 54,25 persen," ujar Syamsul.

 

 


Pada Selasa (8/3/2022) lalu, Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyayangkan laju suntikan vaksinasi di Indonesia saat ini justru menunjukkan tren penurunan. Padahal, peluang kemunculan varian baru Corona selalu ada.

“Laju suntikan vaksinasi saat ini menunjukan tren penurunan dan per bulan Maret belum menunjukkan kenaikan,” kata Wiku saat konferensi pers, Selasa (8/3).

Wiku menegaskan, pemberian suntikan vaksinasi kepada hingga lebih dari 70 persen populasi dapat menjamin kekebalan komunitas. Wiku menyampaikan, berdasarkan data vaksin pemerintah per 6 Maret 2022, jumlah penduduk yang telah divaksin dosis lengkap baru mencapai 53,5 persen.

Sementara jumlah penduduk yang sudah divaksin dosis satu mencapai 69,48 persen atau hampir mencapai 70 persen populasi.

“Kita perlu bersyukur bahwa di tengah keterbatasan stok dan akses vaksin di dunia, kita telah melebihi capaian dosis pertama di dunia dan hampir menyusul capaian vaksin dosis lengkap dunia,” kata Wiku.

Wiku pun mengajak masyarakat agar segera mengakses vaksinasi Covid-19, utamanya vaksin dosis lengkap. Selain itu, kekebalan komunitas yang terbentuk pascavaksinasi juga perlu dipantau melalui serosurvey secara berkala.

 

“Ingat, kekebalan komunitas adalah jaminan produktivitas masyarakat yang aman Covid-19 di tengah masa adaptasi ini,” tambah dia.

Di tengah pemenuhan target vaksinasi dosis lengkap 70 persen dari total populasi, Pemerintah juga terus mendorong percepatan vaksinasi anak usia 6-11 tahun. Sejak mulai dilaksanakan pada pertengahan Desember tahun lalu, program vaksinasi anak usia 6-11 tahun telah berjalan sekitar tiga bulan.

Hingga Kamis (10/3) sore, sudah sekitar 18,9 juta anak Indonesia usia 6-11 tahun yang mendapatkan vaksin dosis pertama dan sekitar 12,5 juta anak di antaranya sudah mendapatkan dosis kedua. Sementara total sasaran vaksinasi 6-11 tahun adalah 26,4 juta anak.

Adapun untuk kelompok usia 12-17 tahun, tercatat dosis pertama sebanyak 25 juta dan 20,6 juta di antaranya sudah mendapatkan dosis kedua. Untuk penerima dosis ketiga atau booster pada kelompok usia ini baru sekitar 68 ribu orang.

Anggota Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sekaligus Ketua Pokja Imunisasi Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia (PERALMUNI), Cissy Kartasasmita menyampaikan lroteksi anti bodi baru timbul 2 minggu setelah vaksinasi kedua.

"Vaksinasi anak 6-11 tahun, cakupan vaksinasi kedua baru 45 persen sedangkan yang 12-17 tahun sudah 77 persen ,” ujar dokter yang akrab dipanggil Prof Cissy, Kamis (10/3/2022).

Menanggapi kekhawatiran akan KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi), ia menegaskan bahwa vaksinasi anak aman. Meskipun ada KIPI, sifatnya ringan dan segera hilang.

"Dari laporan KIPI yang saya ikuti, tidak ada KIPI berat sampai laporan terakhir Februari lalu,” paparnya.

Untuk vaksinasi anak, jelas Prof Cissy, jenis vaksin yang diberikan adalah Sinovac, yakni vaksin yang dilemahkan dan tidak aktif (inactive). Selama ini vaksin inactive diketahui aman seperti vaksin untuk program imunisasi anak.

 

Gejala Covid-19 pada orang yang sudah divaksinasi. - (Republika)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler