Ibu Hamil dan Bayinya Meninggal Dalam Serangan ke RS Bersalin
Serangan ke RS jadi salah satu momen paling brutal selama invasi Rusia.
REPUBLIKA.CO.ID, MARIUPOL -- Seorang ibu hamil dan bayi yang dikandungnya meninggal dunia dalam serangan Rusia ke rumah sakit bersalin tempat ia seharusnya melahirkan. Kantor berita The Associated Press mengambil foto seorang perempuan hamil yang dilarikan dengan ambulans usai serangan.
Dalam foto dan video itu perempuan hamil tersebut membelai perutnya. Tapi bagian bawah tubuhnya sudah penuh darah. Tim penyelamat berusaha untuk membawanya keluar dari reruntuhan rumah sakit yang terletak di Kota Mariupol yang dikepung Rusia.
Wajahnya yang pucat pasi menunjukkan ia terguncang dengan peristiwa yang baru saja ia alami. Serangan ke rumah sakit ibu dan anak itu menjadi salah satu momen paling brutal invasi Rusia ke Ukraina yang kini sudah memasuki hari ke-19.
Perempuan tersebut langsung dilarikan ke rumah sakit lain tapi lebih dekat dengan medan pertempuran. Tim medis berusaha keras melakukan persalinan. Petugas medis mengatakan saat mengetahui bayinya meninggal perempuan itu menjerit "bunuh saya sekarang!"
Dokter bedah Timur Marin menemukan pinggul perempuan itu hancur. Tim medis melakukan operasi sesar untuk melahirkan bayinya. Tapi, kata Marin, bayi itu tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Kemudian dokter dan perawat fokus pada ibunya.
"Resusitasi selama 30 menit pada ibu tidak memberikan hasil," kata Marin, Senin (14/3/2022).
"Keduanya meninggal dunia," tambahnya.
Tim medis mengatakan kekacauan yang diakibatkan serangan ke rumah sakit bersalin Rabu (9/3/2022) lalu membuat mereka tidak memiliki waktu untuk menanyakan nama perempuan itu. Suami dan ayahnya membawa jenazahnya.
Tim medis mengatakan setidaknya ada keluarga yang mengambil jenazahnya. Sehingga ibu dan anak itu tidak dimakamkan di pemakaman massal karena semakin banyak korban tewas di Mariupol.
Pemerintah Rusia membantah telah melakukan kejahatan perang dengan menyerang rumah sakit bersalin. Mereka mengatakan rumah sakit itu telah dijadikan markas oleh ekstremis-ekstremis Rusia. Sehingga sudah tidak ada lagi pasien dan dokter di dalamnya.
Duta besar Rusia di PBB dan Kedutaan Besar Rusia di London menyebut laporan-laporan tentang korban dalam serangan itu sebagai "berita palsu." Sementara kantor berita Associated Press mengambil foto dan video para ibu hamil yang terpaksa mengungsi setelah rumah sakit mereka diledakan.