AS Harus Ambil Keputusan untuk Hidupkan Kembali Perjanjian Nuklir Iran
Saat ini pihak yang terlibat dalam pembicaraan nuklir tengah beristirahat sejenak.
REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh mengatakan, Amerika Serikat (AS) perlu membuat keputusan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir, Senin (14/3/2022). Saat ini, menurutnya, pihak-pihak yang terlibat dalam pembicaraan sedang dalam beristirahat sejenak.
"Kami tidak pada titik mengumumkan kesepakatan sekarang karena ada beberapa masalah terbuka penting yang perlu diputuskan oleh Washington," ujar Khatibzadeh.
Khatibzadeh menegaskan, setelah AS membuat keputusan, Iran akan segera kembali ke Wina dan mencapai kesepakatan akhir untuk menghidupkan kembali Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) yang sebelumnya disepakati pada 2015. Saat ini pembicaraan itu sedang menghadapi kemungkinan kegagalan.
Dalam menit-menit terakhir kesepakatan diputuskan, Rusia mengajukan permintaan yang memaksa kekuatan dunia untuk menghentikan negosiasi untuk waktu yang tidak ditentukan. Padahal kerangka perjanjian sebagian besar telah selesai.
Rusia meminta jaminan dari AS bahwa sanksi Barat yang menargetkan negaranya atas invasi ke Ukraina tidak akan mempengaruhi bisnisnya dengan Iran. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov sebelumnya mengatakan sanksi Barat terhadap Rusia telah menjadi batu sandungan bagi kesepakatan nuklir.
Selain itu, ketegangan pun meningkat sejak Iran menyerang kota Irbil di Irak utara pada Ahad (13/3/2022). Selusin rudal balistik diluncurkan dalam serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di ibu kota wilayah otonomi Kurdi Irak yang tampaknya menargetkan AS dan sekutunya.
Media pemerintah Iran mengatakan Korps Pengawal Revolusi Iran melakukan serangan terhadap pusat strategis Israel di Erbil. Tindakan ini diduga upaya balas dendam atas serangan udara Israel baru-baru ini yang menewaskan personel militer Iran di Suriah.