Uni Eropa Sepakati Paket Sanksi Keempat untuk Rusia
Paket sanksi keempat tersebut mencakup larangan impor baja dan besi dari Rusia.
REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- Negara-negara anggota Uni Eropa telah menyetujui paket sanksi keempat terhadap Rusia. Rincian sanksi tidak diungkapkan tetapi Kantor Kepresidenan Prancis mengatakan, status perdagangan di negara yang paling disukai Rusia akan dicabut.
Paket sanksi keempat ini dapat membuka pintu bagi Uni Eropa untuk melarang atau mengenakan tarif hukuman pada barang-barang Rusia. Termasuk menempatkan Rusia setara dengan Korea Utara atau Iran.
Menurut sumber diplomatik, paket sanksi keempat tersebut mencakup larangan impor baja dan besi dari Rusia, serta larangan ekspor barang mewah termasuk mobil senilai lebih dari 50 ribu euro. Uni Eropa juga akan menerapkan larangan investasi di perusahaan minyak dan sektor energi Rusia.
Selain itu, Uni Eropa akan menambahkan pemilik klub sepak bola Chelsea, Roman Abramovich dan 14 orang lainnya ke dalam daftar miliarder Rusia yang terkena sanksi. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan, Uni Eropa sedang berupaya menangguhkan hak keanggotaan Rusia dari lembaga-lembaga multilateral terkemuka, termasuk Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia.
"Kami akan menyangkal status Rusia sebagai negara yang paling disukai di pasar kami. Ini akan mencabut manfaat penting yang dinikmati Rusia sebagai anggota WTO (Organisasi Perdagangan Dunia)," kata von der Leyen, dilansir Anadolu Agency.
Von der Leyen mengatakan, perusahaan Rusia tidak akan lagi memiliki posisi istimewa di Uni Eropa. Von der Leyen memastikan, Rusia tidak dapat memperoleh pembiayaan, pinjaman, atau manfaat lain dari lembaga keuangan internasional.
Selain itu, Uni Eropa berupaya agar Rusia dan elitenya tidak dapat menggunakan aset kripto untuk menghindari sanksi. Von der Leyen mengatakan, Uni Eropa juga akan melarang ekspor barang mewah dari negara anggota ke Rusia.
"Mereka yang mendukung mesin perang (Presidem Rusia Vladimir) Putin seharusnya tidak lagi dapat menikmati gaya hidup mewah, sementara bom jatuh pada orang-orang yang tidak bersalah di Ukraina," kata Von der Leyen.
Uni Eropa pada Jumat (11/3/2022) mengucurkan bantuan keuangan makro darurat sebesar 300 juta euro atau setara 327 juta dolar AS. Kucuran dana ini untuk mendukung keuangan Ukraina, sebagai bagian dari tahap pertama paket bantuan keuangan dengan total 1,2 miliar euro atau 1,3 miliar dolar AS.
"Krisis ini belum pernah terjadi sebelumnya. Dan begitu pula persatuan dan kecepatan reaksi yang telah ditunjukkan oleh demokrasi kita sejauh ini. Ukraina akan menang," kata von der Leyen.