Polifagia Jadi Gejala Diabetes, Waspada Kalau Nafsu Makan Terus Meningkat Sepanjang Hari

Polifagia alias peningkatan nafsu makan sepanjang hari bisa menjadi gejala diabetes.

Republika/Wihdan Hidayat
Makan lahap (Ilustrasi). Merasa lapar terus-menerus meskipun sudah mengisi perut dapat menjadi gejala diabetes.
Rep: Desy Susilawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu tanda peringatan paling awal dari gula darah tinggi yang merupakan gejala diabetes tipe 2 adalah polifagia. Gejala ini ditandai dengan perasaan nafsu makan terus meningkat sepanjang hari.

Komunitas diabetes global menjelaskan, polifagia adalah istilah medis yang digunakan untuk menggambarkan rasa lapar yang berlebihan atau nafsu makan yang meningkat. Ketika seseorang melakukan aktivitas berat, seperti berolahraga, sangat normal untuk merasa lebih lapar. Selain itu, bagi sebagian orang, keinginan makan yang berlebihan dapat dikaitkan dengan depresi atau perasaan stres.

"Namun, polifagia adalah salah satu dari tiga tanda utama diabetes," ujar komunitas tersebut, seperti dilansir laman Express.co.uk, Senin (21/3/2022).

Dua gejala lainnya adalah rasa haus yang meningkat dan peningkatan buang air kecil. Jika Anda mengalami gejala-gejala ini, yang terbaik adalah membuat janji dengan dokter.

Mengapa polifasia terjadi? Orang yang mengidap diabetes tipe 2 tidak dapat memperoleh energi yang mereka butuhkan dari makanan. Ini karena penderita diabetes resisten terhadap insulin atau tidak dapat memproduksi cukup hormon insulin.

Insulin diperlukan untuk memungkinkan glukosa, yang berasal dari makanan yang dimakan, masuk ke dalam sel-sel tubuh. Sebaliknya, pada diabetesi glukosa terus mengapung di aliran darah, berkontribusi terhadap gula darah tinggi.

Karena sel tidak bisa mendapatkan glukosa yang mereka butuhkan untuk energi, tubuh memicu rasa lapar, berharap mendapatkan energi yang dibutuhkan dari makanan. Namun, ketika Anda menderita diabetes, siklusnya terus berlanjut. Tidak peduli berapa banyak Anda makan, Anda akan tetap merasa lapar.

National Health Service (NHS) menyoroti lebih banyak gejala diabetes tipe 2, antara lain penglihatan kabur, luka yang membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh, gatal di sekitar alat kelamin, menurunkan berat badan tanpa berusaha, dan kelelahan.

Baca Juga


Diabetes dianggap sebagai kondisi seumur hidup yang memerlukan pemeriksaan medis rutin. Mengingat kondisi ini dapat menyebabkan penyakit jantung, kerusakan saraf, kehilangan penglihatan, dan masalah dengan ginjal, diagnosis yang cepat dan pengawasan medis sangat diperlukan.

Jenis-jenis tes gula darah. - (Republika)

Diabetes tipe 2 dapat didiagnosis melalui sampel darah dan urine. Jika kondisi terdiagnosis, saran umum akan berpusat pada perubahan gaya hidup, diet, dan olahraga. Obat,mungkin diperlukan untuk mengendalikan kadar gula darah.

"Faktanya, kebanyakan orang membutuhkan obat untuk mengendalikan diabetes tipe 2," kata NHS.

Badan kesehatan tersebut mencatat, diabetes biasanya memburuk dari waktu ke waktu. Jadi, obat atau dosisnya mungkin perlu diubah.

Orang biasanya diresepkan metformin. Akan tetapi, obat diabetes dapat menyebabkan efek samping, seperti kembung dan diare, penurunan berat badan atau penambahan berat badan, merasa sakit, pembengkakan di satu atau lebih bagian tubuh karena penumpukan cairan di bawah kulit Anda.

Tidak semua orang yang mengonsumsi obat diabetes akan mengalami efek samping. Pemeriksaan kesehatan rutin pada pengidap diabetes mencakup pemeriksaan sampel darah dan pemeriksaan kaki untuk mendeteksi kemungkinan adanya luka diabetes.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler