AS: Operasi Militer Rusia di Ukraina Gagal Capai Tujuan 

Rusia telah menetapkan tiga tujuan ketika memulai operasi militer khusus di Ukraina.

Maxar Technologies via AP
Citra satelit yang disediakan oleh Maxar Technologies ini menunjukkan gedung apartemen yang terbakar dan hancur di Mariupol, Ukraina Selasa, 22 Maret 2022. Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS), Jake Sullivan, mengatakan, operasi militer khusus Rusia di Ukraina telah gagal mencapai tujuan dan mengalami kemunduran.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS), Jake Sullivan, mengatakan, operasi militer khusus Rusia di Ukraina telah gagal mencapai tujuan dan mengalami kemunduran. Sullivan  memperingatkan bahwa, perang tidak akan berakhir dengan mudah atau cepat.

Baca Juga


Sullivan mengatakan, Rusia telah menetapkan tiga tujuan ketika memulai operasi militer khusus di Ukraina. Ketiga tujuan itu di antaranya, menaklukkan Ukraina, meningkatkan kekuatan dan prestise Moskow, serta memecah belah Barat.

“Rusia sejauh ini secara nyata gagal mencapai ketiga tujuan tersebut. Faktanya, sejauh ini telah mencapai kebalikannya. Meskipun Rusia mungkin mengambil lebih banyak wilayah dalam operasi militer yang brutal ini, tapi tidak akan pernah mengambil negara itu dari rakyat Ukraina," ujar Sullivan, dilansir Aljazirah, Rabu (23/3/2022).

Sullivan memperkirakan bahwa kekerasan akan semakin parah dalam waktu dekat. "Akan ada hari-hari sulit di depan di Ukraina, paling sulit bagi pasukan Ukraina di garis depan dan warga sipil di bawah pemboman Rusia," katanya.

Sullivan membuat pernyataan ketika Presiden AS Joe Biden menuju ke Eropa untuk memperkuat persatuan dengan sekutu Washington, dan mengoordinasikan tanggapan mereka terhadap invasi Rusia. Biden dijadwalkan menghadiri pertemuan darurat NATO pada Kamis (24/3/2022). Biden juga dijadwalkan bertemu dengan para pemimpin Kelompok Tujuh (G7) dan berpidato di Uni Eropa pada sesi Dewan Eropa.

"Dia akan bergabung dengan mitra kami dalam menjatuhkan sanksi lebih lanjut terhadap Rusia, dan memperketat sanksi yang ada untuk menindak penghindaran serta memastikan penegakan yang kuat," kata Sullivan.

Sullivan mengatakan, Biden akan mengumumkan aksi bersama untuk mengurangi ketergantungan Eropa pada gas Rusia. Biden melarang impor minyak dan gas Rusia. Beberapa negara Eropa, yang lebih banyak bergantung pada pasokan Rusia juga berjanji untuk bergerak menuju kemandirian energi.

Biden kemudian akan mengunjungi Polandia, dan dijadwalkan bertemu dengan Presiden Andrzej Duda serta pasukan AS yang ditempatkan di negara itu. Biden telah berulang kali berjanji untuk mempertahankan "setiap inci" wilayah NATO.  Aliansi tersebut memiliki pakta pertahanan kolektif yang menyatakan bahwa, serangan terhadap satu anggota dianggap sebagai serangan terhadap semua anggota. Ukraina telah mencari keanggotaan NATO tetapi bukan anggota dari blok yang dipimpin AS.

Rusia meluncurkan operasi militer khusus ke Ukraina pada 24 Februari. Sebelum operasi militer dimulai, Moskow telah mengumpulkan pasukan di dekat perbatasan Ukraina. Presiden Rusia Vladimir Putin menuntut agar NATO tidak memperluas ekspansi NATO ke negara pecahan Uni Soviet. Namun tuntutan ini tidak digubris oleh AS maupun NATO. 

Sejak Rusia menggelar operasi militer khusus ke Ukraina, AS dan sekutunya menjatuhkan sanksi besar-besaran terhadap ekonomi Moskow. Termasuk hukuman finansial kepada Putin dan elit di lingkaran dalamnya.

“Yang bisa kami lakukan adalah mengedepankan tiga lini usaha dasar kami. Itulah yang kami lakukan yaitu membantu Ukraina mempertahankan diri, memperkuat aliansi NATO dan membebankan sanksi dan konsekuensi pada Rusia),” kata Sullivan. Rizky Jaramaya

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler