Turki Sesalkan Langkah Taliban Kembali Larang Perempuan Bersekolah
Keputusan Taliban menutup sekolah untuk perempuan mengejutkan banyak orang.
REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki menyesalkan keputusan Taliban untuk tetap menutup sekolah menengah di Afghanistan bagi anak perempuan di sana. Ankara menyerukan Taliban agar mengizinkan semua kalangan di Afghanistan mengenyam pendidikan utama.
“Kami menyerukan pemerintahan interim Afghanistan untuk mengizinkan anak perempuan dari segala usia mengambil bagian dalam pendidikan secara inklusif sesegera mungkin, pertama dan terutama untuk kepentingan rakyat Afghanistan, serta menekankan bahwa kami akan terus mendukung rakyat Afghanistan di hari-hari yang sulit ini,” kata Kementerian Luar Negeri Turki dalam sebuah pernyataan pada Rabu (23/3/2022) malam.
Turki belum mengakui pemerintahan Taliban di Afghanistan. Namun ia telah menyerukan komunitas internasional untuk meningkatkan keterlibatan dengan Taliban. Ankara juga mengundang pejabat-pejabat Taliban ke forum diplomasi yang hendak digelar bulan ini. Menurut mereka, suara para pemimpin Afghanistan perlu didengar.
Pada Rabu lalu, Taliban secara tiba-tiba menarik kembali pengumuman yang menyatakan bahwa sekolah menengah akan dibuka untuk anak perempuan Afghanistan. Penutupan sekolah bagi perempuan bakal dilanjutkan hingga mereka menyusun rencana sesuai dengan hukum Islam. Jika hal itu sudah dilakukan, sekolah akan dibuka kembali untuk anak perempuan Afghanistan.
Keputusan Taliban mengejutkan banyak orang di Afghanistan. Tak sedikit dari para siswi yang menangis karena terpaksa harus menunda lagi keinginannya bersekolah. Lembaga-lembaga kemanusiaan, kelompok hak asasi manusia, dan sejumlah diplomat telah mengecam langkah Taliban tersebut.
Saat ini Taliban sedang mencari pengakuan internasional untuk pemerintahannya di Afghanistan. Komunitas internasional, terutama Barat, telah mengajukan beberapa syarat jika pemerintahan Taliban ingin diakui. Salah satu syaratnya adalah memenuhi hak dasar perempuan Afghanistan, termasuk di bidang politik, pekerjaan, dan pendidikan.