Memperkuat Tradisi Pendidikan Berkualitas di Pulau Rempah Maluku

Maluku menjadi provinsi dengan partisipasi pendidikan tertinggi kedua setelah DIY.

Republika/Thoudy Badai
Ilustrasi Peta Jalan Pendidikan
Red: Karta Raharja Ucu

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Tatang Muttaqin, Direktur Dikti dan Iptek Bappenas

Provinsi Maluku tak hanya terkenal sebagai penghasil rempah-rempah terbesar tetapi juga kesadaran pendidikan yang tinggi. Tak heran Maluku menjadi provinsi dengan partisipasi pendidikan tertinggi kedua (48,38 persen), setelah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Untuk kedua kalinya, penulis berkesempatan mengisi acara di perguruan tinggi negeri tertua dan terbesar di Kota Ambon, yaitu Universitas Pattimura (Unpatti).  Merujuk sejarahnya, Unpatti awalnya diprakarsai Dr. J. B. Sitanala beserta beberapa tokoh masyarakat melalui Yayasan Perguruan Tinggi Maluku Irian Barat pada 20 Juli 1955 dengan Ketua Yayasan, Cornelis Loppies dan mendirikan Fakultas Hukum setahun selanjutnya, tepatnya 3 Oktober 1956. Setelah Fakultas Hukum, lalu dibuka Fakultas Sosial dan Politik (6 Oktober 1959), dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (10 September 1961), serta Fakultas Pertanian Kehutanan dan Fakultas Peternakan (1 September 1963).

Melalui Surat Keputusan Menteri PTIP Nomor 99/1962 tertanggal 8 Agustus 1962, Unpatti berubah menjadi universitas negeri dengan lima Fakultas, yaitu: Fakultas Hukum, Fakultas Keguruan dan llmu Pendidikan, Fakultas Sosial Politik, Fakultas Pertanian Kehutanan, Fakultas Peternakan. Selanjutnya melalui Keputusan Presiden Nomor 66/1963 tertanggal 23 April 1963 disahkan pendirian Universitas Pattimura yang dipimpin oleh presidium yang diketuai Soemitro Hamidjoyo, S.H. dengan tiga anggota lainnya: Kolonel Boesiri, Drs. Soehardjo, Dr. M. Haulussy.

Surat Keputusan Presiden Nomor 66 ter tanggal 23 April Tahun 1963 menjadi hari lahir Unpatti dengan mengedepankan visi Menjadi Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia, Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni yang Unggul, Berkarakter, Berbudaya dan Berbasis Laut Pulau, yang ditopang motto Berkembang dalam Tantangan, Hotumese. Saat ini, Unpatti dipimpin Rektor Prof Dr M J Saptenno, SH., M.Hum dan memiliki 9 fakultas: Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan, Fakultas Pertanian, Fakultas Teknik, Fakultas Kedokteran, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Lebih dari sepertiga mahasiswa Unpatti atau hampir 7.000an belajar di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yang awalnya merupakan cabang dari IKIP Jakarta. Dengan demikian, di samping Unpatti, ada IKIP Jakarta cabang Ambon sebagai perguruan tinggi kedua di Kota Ambon sampai diintegrasikan ke Unpatti berdasarkan surat keputusan Direktur Jendral Perguruan Tinggi tertanggal 1 Januari 1968. Selanjutnya, dengan Keputusan Presiden RI Nomor 73/1982 tentang organisasi Unpatti sebagai pelaksanaan PP Nomor 72/1982 tentang penataan Fakultas di lingkungan Universitas Negeri, Fakultas Keguruan dan Fakultas Ilmu Pendidikan disatukan kembali menjadi FKIP Unpatti.

Sampai saat ini FKIP Unpatti sudah dipimpin oleh tujuh dekan, dari H. M. Soplantila sebagai dekan pertama (1985-1988), dan sejak 2021 sampai saat ini dinakhodai oleh Prof Dr Izaak H. Wenno, M.Pd, salah satu guru besar termuda di Unpatti. FKIP memiliki empat Jurusan, yaitu: MIPA, IPS, Bahasa dan Seni, dan Ilmu Pendidikan.


Dalam empat jurusan terdapat 16 Program Studi yang di didukung 237 tenaga pendidik, 85 tenaga kependidikan dan 56 dosen non-PNS. Untuk memperkuat kualitas pembelajaran dan penelitian serta merespon kebutuhan Pendidikan pascasarjana di Kepulauan Maluku dan Papua, pada 2012, FKIP membuka program pascasarjana mencakup empat program studi, yaitu: Manajemen Pendidikan, Pendidikan Biologi, Pendidikan Bahasa Inggris, dan Pendidikan Matematika.

Hingga kini, FKIP Unpatti telah menghasilkan 11.186 lulusan dan pada tahun 2017 FKIP Unpatti mendapat kepercayaan Pemerintah Pusat melalui Dirjen Pendidikan Tinggi untuk melaksanakan tugas tambahan menyelenggarakan Program Pendidikan Profesi Guru (PPG). Beragam kepercayaan tersebut menambah kepercayaan diri sekaligus semangat Dekan FKIP, Prof Dr IH Wenno, S.Pd., M.Pd.

Berkebal modal tersebut FKIP terus berbenah dengan mengedepankan visi barunya “menjadi LPTK unggul, berwawasan global, dan berkarakter laut pulau yang dilandasi semangat orang basudara.” Visi tersebut ditopang dengan tagline atau motto “Cerdas, Edukatif, Religius, Integritas dan Amanah, atau CERIA.”

Berbekal tekad dan kuat serta kolaborasi berbasis visi dan motto bersama tersebut, FKIP menjalankan Program yang bertujuan meningkatkan kualitas guru di Maluku melalui program FKIP Mengajar bertemakan “Peningkatan Kompetensi Guru Mata Pelajaran,” yang kemudian dilanjutkan dengan Simulasi Uji Kompetensi Guru (UKG). Program tersebut sejalan dengan implementasi Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka (MBKM) yang diharapkan mampu memberikan pengalaman kontekstual lapangan untuk para calon guru, sehingga dapat memperkuat kesiapan kerja (link and match) lulusan FKIP.

Di samping itu, FKIP juga memperkuat penelitian melalui kegiatan beragam penelitian, baik Penelitian Dasar, Penelitian Dosen Pemula, Penelitian Terapan, serta Penelitian Pengembangan dan Penelitian Pascasarjana. Diharapkan beraneka penelitian ini akan mampu berkontribusi dalam menyumbang publikasi di berbagai jurnal internasional bereputasi sehingga mampu meningkatkan sitasi dan mengerek nama FKIP dan Unpatti.

Melengkapi Tri Dharma pengajaran dan penelitian, FKIP juga melakukan program pengabdian pada masyarakat melalui Program Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat, serta Program Pengembangan Kewirausahaan. Sesuai dengan konteks Maluku yang terdiri dari banyak pulau, FKIP Unpatti juga melakukan pendampingan untuk kabupaten di kepulauan.

Berbagai program dan kegiatan seperti Focus group Discussion, Webinar Pendidikan, Pelatihan dan Pendampingan Riset Kuantitatif-Kualitatif dan Publikasi Ilmiah, Perayaan Hari Pendidikan Nasional, Pendampingan Penyusunan Instrumen Akreditasi melibatkan pemangku kepentingan yang lebih luas termasuk Dinas Pendidikan di 11 kabupaten/kota di Provinsi Maluku. Antara lain Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Buru, Kabupaten Buru Selatan, Kabupaten Maluku Tenggara, Kabupaten Kepulauan Aru, Kabupaten Maluku Barat Daya, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Kota Ambon dan Kota Tual.

Beragam program dan kegiatan tersebut dilakukan sebagai bentuk implementasi kerja sama, membangun kemitraan dan menghadirkan FKIP, sehingga keberadaan FKIP secara khusus dan Unpatti secara umum di tengah masyarakat tidak menjadi menara gading namun diharapkan bisa menjadi mercusuar yang mampu menerangi dan memberi arah pembangunan pendidikan di kabupaten/kota. Beragam pengalaman lapangan di berbagai pulau yang dirasakan para mahasiswa mampu memberikan pembelajaran sekaligus menempa mereka agar lebih siap berkiprah di dalam masyarakat.

Pengiriman mahasiswa dengan pendampingan para dosen ke berbagai pulau juga memberikan ruang pembelajaran yang lebih leluasa agar mendapatkan berbagai pembelajaran di lingkungan yang berbeda, dengan tantangan yang bervariasi. Di samping itu, dengan pemahaman masyarakat dan daerah tempat berkiprah akan memacu untuk membantu mencari solusi pembangunan pendidikan yang ada di lapangan bahkan dapat berkontribusi dalam mendorong peluang kewirausahaan.

Beragam kemajuan yang telah diraih perlu terus dirawat dan ditingkatkan. Untuk itu FKIP dan Unpatti secara umum, di samping terus meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana termasuk Laboratorium Terpadu pendukung Blok Masela yang baru dibangun dan diresmikan juga perlu melakukan beragam upaya lainnya, yaitu: Pertama peningkatan kualitas dosen dengan memberikan kesempatan untuk mencapai kualifikasi S3 dan juga kesempatan untuk mengajar di kampus lain atau riset di luar negeri sebagai bagian dari program mobilitas pendidik; Kedua peningkatan produktivitas riset dan inovasi unggulan yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat dan kebutuhan ekonomi lokal.

Ketiga pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi [TIK] untuk mensinergikan pembelajaran luring dan daring dengan beragam konten pembelajaran berbasis blended-learning sehingga mampu meningkatkan kualitas pembelajaran sekaligus menjangkau mahasiswa lebih luas. Keempat meningkatkan kemampuan lulusan terkait literasi data, teknologi dan manusia sehingga dapat memanfaatkan TIK lebih baik seraya tetap merawat hubungan antarmanusia; Kelima terus-menerus melakukan pemutakhiran kurikulum yang berorientasi baru dan kontekstual dengan mengombinasikan literasi lama (membaca, menulis, dan matematika) dan literasi baru sebagai modal dasar berkiprah di masyarakat.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Berita Terpopuler