Mau Puasa, Minyak Goreng Susah, Pertalite Mulai Langka
Pihak SPBU menyebut stok Pertalite sekarang dibatasi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjelang puasa tidak hanya minyak goreng yang susah, kini bahan bakar minyak jenis Pertalite juga perlahan sulit didapat. Menurut informasi di lapangan pasokan Pertalite ke SPBU kini dibatasi.
Di salah satu sisi SPBU yang berlokasi di Jalan Daan Mogot, Tangerang, misalnya, pengendara mengantre di Pertamax. Terpampang sebuah papan berukuran sekitar 60 cm x 30 cm bertuliskan "Pertalite sedang dalam perjalanan". Pengumuman itu bersanding dengan papan berukuran serupa bertuliskan "Bio Solar sedang dalam perjalanan".
Seorang petugas SPBU, Ahmad mengatakan, stok Pertalite sedang kosong sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang mencari jenis bahan bakar tersebut. Kondisi itu terjadi sejak pagi dini hari. "Stoknya (Pertalite) habis dari tadi pagi. Hari ini datangnya sore palingan," tutur Ahmad saat ditemui, Rabu (30/3).
Ahmad mengatakan, adanya pembatasan jumlah Pertalite yang diberikan kepada tiap SPBU. Dia menyebut, jika biasanya mendapatkan jatah 16 ton, saat ini mendapatkan separuhnya saja atau 8 ton.
Pemandangan kondisi kosongnya stok Pertalite juga terlihat di salah satu SPBU di Jalan Sitanala, Tangerang. Seorang petugas SPBU menuturkan, stok Pertalite bahkan sudah habis sejak petang kemarin.
"Lagi kosong. Habis per kemarin jam 19.00 WIB, dari sananya (stok dari pusat) begitu. Biasanya jadwal pagi dikirim, tapi belum datang. Kalau Bio Solar habis jam 11.00 tadi," tuturnya.
Tidak hanya di Jawa, di daerah lain sepert di Bukittinggi Sumatra, pengendara juga kesulitan untuk mendapatkan Pertaliet.
Pantauan Republika di SPBU Bangkaweh, Bukittinggi, sudah kehabisa stok Pertalite. Begitu juga dengan SPBU di Jalan By Pass. Kendaraan pribadi hanya dapat membeli bahan bakar jenis Pertamax.
Di SPBU Simpang Gadut, tak hanya Pertalite, mereka juga sedang kekosongan Pertamax 92. Petugas SPBU di Gadut menyebut mereka hanya punya stok Pertamax Turbo.
“Pertamax biasa (pertamax 92) habis pak. Tinggal Turbo,” ujar petugas tersebut.
Salah satu pemilik kendaraan pribadi, Amelia (28) mengatakan dirinya sudah berkeliling Bukittinggi untuk mendapatkan Pertalite. Akhirnya ia harus membeli Pertamax di SPBU By Pass.
“Untuk keliling nyari Pertalite saja udah habis bahan bakar saya. Beli Pertamax aja lagi daripada mobil saya mogok,” ucap Amelia.
Selain Pertalite, solar telah terlebih dulu langka. Di Kota Padang, penjualan solar diputuskan dialihkan ke malam hari mulai pukul 21.00 WIB sebagai upaya mencegah terjadinya kemacetan akibat panjangnya kendaraan yang antre.
"Berdasarkan hasil keputusan rapat bersama pemangku kepentingan terkait, mulai hari ini penjualan Biosolar di SPBU dimulai pukul 21.00 WIB guna mengurangi kemacetan," kata Kepala Dinas Perdagangan Kota Padang Andree Algamar di Padang, Sumatera Barat, Rabu.
Sebelum kisruh bahan bakar, minyak goreng telah terlebih dahulu menjadi masalah. Kenaikan harga minyak goreng kemasan dan pemberian subsidi ke minyak goreng curang ternyata masih menyisakan masalah.
Di Yogyakarta, dinas perdagangan setempat menyebut, harga untuk Migor curah juga masih di atas harga eceran tertinggi (HET) yakni di atas Rp 14 ribu per kilogram.
"Hari ini kami mengkonfirmasi dari beberapa distributor di Kota Yogyakarta maupun Sleman yang berdekatan dengan Kota Yogya, sampai hari ini pasokan untuk migor curah bisa dikatakan sulit sekali," kata Kepala Bidang Ketersediaan Pengawasan dan Pengendalian Perdagangan Disdag Kota Yogyakarta, Sri Riswanti di Balai Kota Yogyakarta, Selasa (29/3).
Sri mengatakan, masih langkanya migor curah di DIY termasuk Kota Yogyakarta dikarenakan tidak adanya pasokan dari Jawa Tengah. Pasalnya, untuk pasokan minyak goreng di DIY, sebagian besarnya dipasok dari Semarang, Jawa Tengah.
"DIY dan Jawa Tengah itu satu regional pasokan (untuk migor), tapi memang di Semarang sendiri kami cek barangnya masih kosong," ujar Sri.
Kenaikan harga minyak goreng dan bahan bakar tidak terlepas dari lonjakan minyak mentah dunia dan harga sawit. Kondisi itu dipicu oleh pemulihan ekonomi dunia pasca-Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina.