Pedagang Pasar Tradisional Jual Migor Curah Rp 20 Ribu Per Kilo
Masih mahalnya minyak goreng curah disebabkan pasokan yang tak menentu.
REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG--Pedagang pasar tradisional di Bandar Lampung masih menjual minyak goreng (migor) curah di atas harga eceran tertinggi Rp 14 ribu. Pedagang pasar tradisional di Bandar Lampung menjual minyak goreng curah di kisaran harga Rp 18 ribu sampai Rp 20 ribu per kg.
Masih tingginya harga migor curah di pasar tradisional, dikarenakan pedagang masih kesulitan mendapatkan migor curah dari mobil-mobil tangki migor curah di pasar. Pedagang memang membeli migor curah dari mobil tangki Rp 14 ribu per liter.
“Kami tidak bisa jual sama harga pemerintah Rp 14 ribu per liter. Tapi, kami jual dalam bentuk kemasan plastik Rp 18 ribu ada yang Rp 20 ribu per kilogram. Tergantung sulitnya mendapatkan minyak goreng,” kata Amin, penjual bahan pokok di Pasar Kangkung, Bandar Lampung, Senin (4/4/2022).
Menurut dia, pedagang kesulitan mendapatkan migor curah dari mobil tangki di pasar yang datangnya tidak menentu. Sedangkan permintaan migor dari masyarakat sangat tinggi karena harganya berbeda jauh dengan migor kemasan yang dijual Rp 23 ribu sampai Rp 24 ribu per liter.
Pedagang di Pasar Induk Tamin juga menjual migor curah sampai Rp 20 ribu per kg. Menurut pedagang, migor curah sulit didapat karena distribusinya tidak menentu. Saat mobil tangki migor curah tiba, pedagang hanya mendapatkan 40 liter, lalu dijual eceran dalam bungkus plastik berbagai ukuran dengan harga paling murah Rp 18 ribu per kg.
Hasan (54 tahun), penjual gorengan di Jl Raden Imba Kusuma atau Palang Besi, terpaksa tetap memilih membeli migor curah meski harga mahal dari yang ditetapkan pemerintah. Menurut dia, kalau untuk dagangan gorengan menggunakan migor kemasan akan rugi.
“Asalkan masih dibawah harga minyak kemasan, saya masih beli, karena kami membutuhkan banyak minyak goreng sehari bisa empat sampai lima liter,” kata Hasan, yang pernah setop berdagang karena migor langka.
Ia berharap pemerintah pusat dan daerah mengawasi distribusi migor curah yang lebih murah dari harga migor kemasan. Selama ini, ujar dia, mungkin tidak ada pengawasan pemerintah terhadap distribusi migor curah di pasar, sehingga kedatangan mobil tangki di pasar tidak menentu.
“Kita tidak tahu, mobil tangki tersebut larinya kemana, dijual kemana, karena tidak diawasi,” ujar Hasan.