Putin: Rusia Awasi Ekspor ke Negara Musuh
Putin mengatakan Rusia harus mengawasi ekspor makanannya ke negara-negara musuh
REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, Selasa (5/4), Rusia harus mengawasi ekspor makanannya ke negara-negara musuh. Sanksi Barat telah memicu krisis pangan global dan melonjaknya harga energi.
"Dalam kondisi saat ini, kelangkaan pupuk di pasar global tidak bisa dihindari. Kita harus lebih berhati-hati dengan pasokan makanan di luar negeri, terutama dengan hati-hati memantau ekspor ke negara-negara yang memusuhi kita," ujar Putin.
Sanksi Barat atas invasi Rusia pada 24 Februari di Ukraina telah mengarahkan negara tersebut ke krisis ekonomi terburuknya sejak jatuhnya Uni Soviet pada 1991. Meskipun, Moskow mengatakan dampak global dari sanksi itu bisa jauh lebih signifikan.
Putin memperingatkan bahwa harga energi yang lebih tinggi dikombinasikan dengan kekurangan pupuk akan mendorong Barat untuk mencetak uang dalam membeli persediaan. Kondisi ini akan menyebabkan kekurangan pangan di antara negara-negara miskin.
"Mereka pasti akan memperburuk kekurangan pangan di wilayah termiskin di dunia, memacu gelombang migrasi baru dan secara umum mendorong harga pangan lebih tinggi lagi," kata Putin dalam pertemuan tentang pengembangan produksi pangan.
Salah satu sekutu Putin memperingatkan pekan lalu bahwa Rusia dapat membatasi pasokan produk pertanian hanya ke negara-negara sahabat di tengah sanksi Barat yang dikenakan pada negara itu. Rusia adalah pengekspor gandum terbesar di dunia, memasoknya terutama ke Afrika dan Timur Tengah. Negara ini pun produsen utama pupuk yang mengandung kalium, fosfat, dan nitrogen.
Rusia memproduksi lebih dari 50 juta ton pupuk per tahun, 13 persen dari total global. Phosagro, Uralchem, Uralkali, Acron, dan Eurochem adalah pemain pupuk terbesar.
Sanksi, menurut Putin, telah mengganggu logistik pasokan pupuk dari Rusia dan Belarusia. Sementara harga gas alam yang lebih tinggi membuat produksi pupuk lebih mahal di Barat.
Putin memberi peringatan kepada negara-negara Eropa bahwa Rusia akan menanggapi dengan baik setiap upaya untuk menasionalisasi aset Rusia. Dia menyindir bahwa tindakan tersebut adalah senjata bermata dua.