Kapal Jelajah Rusia di Laut Hitam Tenggelam 

Ukraina menyerang kapal Rusia dengan dua rudal Neptunus hingga sebabkan rusak serius.

AP Photo/Pavel Golovkin
Seorang pelaut Rusia memberi hormat di haluan Kapal Penjelajah Rudal Moskva, kiri, saat awak kapal patroli Rusia Pitliviy, kanan, bersiap untuk menambatkan kapal, di Sevastopol, Krimea, 30 Maret 2014. Moskva dibangun di Ukraina selama era Soviet dan sekarang menjadi andalan armada Laut Hitam Rusia dalam perangnya dengan Ukraina.
Rep: Dwina Agustin Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Kapal utama armada Rusia di Laut Hitam tenggelam pada Kamis (14/4/2022). Klaim pasukan Ukraina menyatakan, kapal penjelajah berpeluru kendali ini rusak parah akibat serangan menggunakan rudal.

Baca Juga


Gubernur wilayah Odesa, di seberang Laut Hitam di barat laut Sevastopol, Maksym Marchenko mengatakan, Ukraina menyerang kapal itu dengan dua rudal Neptunus. Serangan itu dinilai menyebabkan kerusakan serius yang akhirnya membuat kapal tersebut tenggelam.

Peluncur dipasang di truk yang ditempatkan di dekat pantai. Menurut Pusat Studi Strategis dan Internasional yang berbasis di Washington, rudal Neptunus adalah rudal anti-kapal yang baru-baru ini dikembangkan oleh Ukraina dan didasarkan pada desain Soviet sebelumnya. Target menempatkan Moskva dalam jangkauan, berdasarkan api mulai menyala.

Sementara Rusia mengakui kerusakan pada kapalnya akibat adanya kebakaran di atas Moskva, bukan karena serangan. Penasihat keamanan nasional Amerika Serikat (AS) Jake Sullivan dan Barat lainnya tidak dapat mengkonfirmasi yang menyebabkan kebakaran itu.

Tapi, Sullivan menyebut klaim Ukraina atas serangan ke kapal Rusia. Dia mengatakan kehilangan kapal perang sebagai pukulan besar bagi Rusia. "Mereka harus memilih antara dua cerita: Satu cerita adalah bahwa itu hanya ketidakmampuan, dan yang lainnya adalah bahwa mereka diserang, dan tidak ada hasil yang sangat baik untuk mereka,” katanya pada Kamis (14/4/2022).

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan amunisi di kapal meledak akibat kebakaran, tanpa mengatakan penyebab kebakaran. Moskow hanya memberikan penjelasan bahwa senjata rudal utama tidak rusak. Selain rudal jelajah, kapal perang juga memiliki rudal pertahanan udara dan senjata rudal lainnya.

Rusia mengatakan kapal tenggelam dalam badai saat ditarik ke pelabuhan. Rusia sebelumnya mengatakan api di kapal yang biasanya memiliki 500 pelaut di dalamnya memaksa seluruh awak untuk mengungsi dan ditarik ke pelabuhan. Menurut pejabat senior pertahanan AS, kapal Rusia lainnya yang juga berada di Laut Hitam utara bergerak lebih jauh ke selatan setelah Moskva terbakar.

Sebelum Moskva tenggelam, penasihat menteri pertahanan Ukraina Yuriy Sak mengatakan, menyingkiran kapal Rusia berarti akan menjadi tanda baik. "Kita hanya bisa menghela nafas lega karena ini berarti lebih sedikit rudal yang akan mencapai kota-kota Ukraina," ujarnya.

 

Kapal perang yang dinamai untuk ibu kota Rusia ini memiliki kapasitas untuk membawa 16 rudal jelajah jarak jauh dan pemindahannya mengurangi daya tembak Rusia di Laut Hitam.  Selama hari-hari pertama perang di Ukraina, Moskva dilaporkan adalah kapal perang yang meminta tentara Ukraina yang ditempatkan di Snake Island di Laut Hitam untuk menyerah.

Berita tentang kerusakan kapal induk itu menutupi klaim Rusia atas kemajuan di kota pelabuhan selatan Mariupol. Moskow telah memerangi pasukan Kiev sejak hari-hari awal invasi dalam beberapa pertempuran perang terberat dengan biaya warga sipil yang mengerikan.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Mayjen Igor Konashenkov mengatakan pada Rabu (13/4/2022), bahwa 1.026 tentara Ukraina menyerah di sebuah pabrik logam di kota itu. Namun, Penasihat Menteri Dalam Negeri Ukraina Vadym Denysenko menolak klaim tersebut dengan mengatakan kepada Current Time TV//, bahwa pertempuran di atas pelabuhan masih berlangsung sampai sekarang.

Rekaman siaran televisi pemerintah Rusia yang dikatakan berasal dari Mariupol menunjukkan lusinan pria berkamuflase berjalan dengan tangan ke atas dan membawa yang lain di atas tandu. Seorang pria memegang bendera putih.

Mariupol telah menjadi tempat dari beberapa penderitaan terburuk perang Ukraina. Jumlah pembela Ukraina yang semakin berkurang terus bertahan melawan pengepungan Rusia yang telah menjebak lebih dari 100.000 warga sipil yang sangat membutuhkan makanan, air, dan pemanas.

Walikota Mariupol mengatakan pada awal pekan, lebih dari 10.000 warga sipil telah meninggal dalam pengepungan dan jumlah korban dapat melampaui 20.000 jiwa. Serangan dan perampasan selama berminggu-minggu meninggalkan tubuh para korban di jalan.

 

Penaklukan Mariupol sangat penting bagi Rusia karena memungkinkan pasukannya di selatan yang datang melalui Semenanjung Krimea sepenuhnya terhubung dengan pasukan di wilayah Donbas timur. Domas menjadi jantung industri Ukraina dan target serangan yang akan datang. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler