Nuansa Malam Ramadhan di Makkah

Peziarah memadati Makkah di malam Ramadhan.

AP / Amr Nabil
Jamaah melaksanakan sholat subuh pertama bulan suci Ramadhan 1442 H dengan menerapkan protokol kesehatan di Masjidil Haram, Makkah, Selasa (13/4).
Rep: Andrian Saputra Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,MAKKAH  –--- Makkah terkenal sebagai kota kosmopolitan yang semarak sepanjang tahun. Sebagai tuan rumah dari ibadah haji dan musim umroh yang panjang, tempat ini menarik pengunjung dari seluruh dunia dan membenamkan mereka dalam budaya, identitas, dan warisannya yang kaya, terutama selama bulan suci Ramadhan.

Baca Juga


“Peziarah umroh berbagi kegembiraan, kesempatan, dan makanan mereka dengan penduduk setempat. Semua warga lingkungan sangat bersemangat untuk berpartisipasi dalam perayaan Ramadhan tahunan, yang mendekatkan orang-orang," kata Sami Al Maabar, walikota distrik Al Rusaifa seperti dilansir Arab News pada Jumat (15/4).

Makkah adalah kota dengan identitas spiritual yang unik. Muslim dari seluruh penjuru dunia berduyun-duyun ke sana, membawa harapan, doa, budaya yang mereka bagikan dengan komunitas lokal yang menyambut dan merangkul mereka dengan cinta dan hormat.

“Penduduk setempat berkumpul untuk bertemu setelah sholat Tarawih. Mereka melihat malam Ramadhan sebagai kesempatan untuk berbagi makanan, bertukar cerita lama, dan berbicara tentang simbol budaya yang memperkaya adegan budaya dan sosial di masa lalu," kata Al Maabar.

Makkah telah memainkan peran perintis dalam banyak hal selama bertahun-tahun dan terus melakukannya. Kota ini dianggap sebagai salah satu kota bersejarah terpenting di dunia. Banyak sejarawan telah menulis tentangnya dan bagaimana ia telah membentuk hati dan pikiran umat Islam di seluruh dunia.

Kota ini dibangun di atas warisan dunia Arab dan Islam, model homogen yang menyerap dari budaya para peziarah dan menginspirasi penduduk setempat. Al Maabar mencatat bahwa penduduk di seluruh kota selalu tertarik untuk berpartisipasi dalam tradisi Ramadhan, termasuk menyiapkan makanan buka puasa untuk para peziarah

Meskipun sebagian besar permukiman kumuh telah dihilangkan, penduduk setempat masih membawa budaya kuno mereka di dalam diri mereka dan terus menghidupkan kembali semangat komunitas kecil mereka di setiap kesempatan.

Perayaan yang berlangsung di lingkungan Mekah tak terlupakan bagi semua orang yang berkunjung. Selama malam Ramadhan, mereka membangkitkan perasaan nostalgia yang luar biasa ketika orang-orang menikmati suasana indah di komunitas lokal sambil menyeruput Sobia (minuman dingin Hijazi) dan minuman berry yang terkait dengan lingkungan Mekah, terutama selama bulan suci.

Walikota lingkungan Thakher, Fahd Al-Harbi mengatakan bahwa penduduk setempat memilih untuk tidak berkomunikasi satu sama lain melalui media sosial selama Ramadhan selain mengadakan pertemuan langsung.

“Mereka percaya Ramadhan adalah bulan untuk rekonsiliasi dan memperkuat ikatan cinta dan rasa hormat, dan mereka bersikeras untuk bertemu di tempat yang dikenal sebagai al markaz (ruang khusus untuk pertemuan). Mereka bertukar anekdot dan berita lingkungan setelah mereka melakukan ritual Ramadhan mereka,"kata Fahd Al-Harbi.

Ia menambahkan bahwa anak-anak juga merupakan bagian besar dari malam Ramadhan. Mereka memainkan permainan yang oleh beberapa penduduk lingkungan bersikeras untuk melibatkan semua orang, seperti sepak bola, yang sangat populer selama bulan Ramadhan.

Ia menambahkan perayaan musiman di Makkah diiringi oleh suara keras para pedagang kaki lima yang berlomba-lomba menarik jamaah haji dengan melantunkan suara yang indah dan merdu. Nyanyian ini, katanya, adalah bagian dari memori kolektif kota dan meningkatkan spiritualitasnya.

Persiapan Ramadhan dimulai jauh sebelum bulan suci tiba. Banyak perayaan terkait dengan budaya dan warisan Mekah, yang mencerminkan ikatan antara komunitas dan kecintaan mereka pada perayaan bersama, terutama selama bulan suci.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler