Jadikan Alquran Bukan Sekadar Bacaan, Tapi Juga Petunjuk dan Pedoman Hidup

Selain sebagai bacaan, yang paling utama adalah mengamalkan isi kandungan Alquran.

EPA-EFE/BILAWAL ARBAB
Seorang pria Muslim Pakistan membaca ayat-ayat suci Alquran di sebuah Masjid selama bulan puasa Ramadhan, di Peshawar, Pakistan, 04 April 2022. Muslim di seluruh dunia merayakan bulan suci Ramadhan dengan berdoa di malam hari dan tidak makan, minum, dan tindakan seksual selama periode antara matahari terbit dan terbenam. Ramadhan adalah bulan kesembilan dalam kalender Islam dan diyakini bahwa turunnya ayat pertama dalam Alquran adalah selama 10 malam terakhirnya.
Red: Karta Raharja Ucu

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: H Mahyeldi SP, Gubernur Sumatra Barat

Ramadhan adalah momentum melakukan ibadah secara optimal, baik dalam bentuk amalan wajib ataupun amalan-amalan sunnah yang semuanya bermuara kepada nilai-nilai ketaqwaan. Dan sudah menjadi agenda rutin Pemerintah Provinsi Sumatra Barat, pada bulan Ramadhan melakukan kegiatan safari Ramadhan, berkunjung ke masjid dan mushola di kota/kabupaten di Sumbar.



Dalam rangka silaturahim dengan masyarakat, sekaligus juga untuk melihat secara langsung kelapangan bagaimana perkembangan kegiatan keagamaan di tengah-tengah masyarakat, khususnya interaksi masyarakat dengan Alquran.   

Dari puluhan masjid dan mushola yang dikunjungi tim safari Ramadhan, didapatkan laporan yang mengembirakan. Jika tahun-tahun sebelumnya, pembaca ayat suci Alquran berasal dari anggota rombongan safari Ramadhan, tapi untuk tiga tahun terakhir ini, tidak diperlukan lagi.

Karena pembaca ayat suci Alquran sudah ada dari masjid/mushola yang dikunjungi. Lebih mengembirakan lagi, yang membacanya adalah anak-anak usia enam sampai sepuluh tahun dengan irama dan tajwid yang benar dan bahkan dalam bentuk hafalan.

Adanya fenomena, anak-anak usia dini yang hafal Alquran dengan tajwid dan makhraj yang benar adalah salah satu indikator meningkatnya kualitas masyarakat Sumatra Barat dalam interaksi dengan Alquran sebagai pedoman hidup. Hal ini berbanding lurus dengan semakin menjamur dan tumbuh suburnya rumah-rumah tahfidz di setiap kecamatan dan bahkan nagari atau kelurahan.

Kekhawatiran kita akan berkurangnya para imam yang fasih bacaan Alquran dalam sholat, Insya Allah sudah terjawab. Karena para penghafal Alquran, terutama anak-anak sudah ada di setiap pelosok negeri. Apa yang dijanjikan Allah dalam firman-Nya:

”Dia yang menurunkan Alquran dan Dia juga yang menjamin akan keterpeliharaannya.”       

Telah terbukti di depan mata, bukan sekadar untuk kebutuhan MTQ, tetapi untuk imam-imam masjid dan mushalla, bacaan mereka begitu syahdu dan menyejukkan hati. Jika selama ini dalam MTQ-MTQ yang diadakan masyarakat, cabang yang diperlombakan hanya dalam bidang tilawah, maka sejak tiga tahun terakhir ini, cabang tahfidz juga menajdi cabang favorit dan bahkan sering terjadi peserta lomba tahfidz melebihi cabang tilawah.

Kegembiraan dan kebahagiaan kita dengan tumbuh suburnya rumah-rumah tahfidz dan lahirnya para penghafal quran harus kita imbangi dengan semangat pengamalan isi kandungan Alquran yang kita baca dan kita hafal. Karena sejatinya fungsi Alquran diturunkan bukan sekedar untuk dibaca dan dihafal, tetapi yang lebih utama dari itu adalah menjadikannya sebagai pedoman hidup dengan mengamalkan isi kandungannya dalam kehidupan sehari-hari dalam setiap dimensi.

Adapun membaca dan menghafalnya adalah langkah awal interaksi dengan Alquran untuk pada akhirnya diamalkan, karena fungsi Alquran adalah sebagai petunjuk dan pedoman hidup. Allah berfirman, artinya :

“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Alquran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur. (Q.S Al Baqarah :185)”

Selanjutnya dalam Surah Ali imran ayat tujuh puluh sembilan Allah menegaskan kita umat Nabi Muhammad dituntut menjadi rabbaniyin, Allah berfirman, Artinya:

“Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah”. Akan tetapi (dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. (Q.S Ali Imran : 79).”

Dr Yusuf al-Qardhawi dalam Al Khasaisul Al ‘Ammah Lil Islam mendefinisikan Rabbaniyyun adalah “kalimat dinisbahkan kepada Rabb". Insan Rabbani ialah seseorang yang mempunyai hubungan erat dengan Allah, alim tentang agama-Nya serta mengajarkannya.

Dengan mempedomani dua ayat di atas, kita dapat menangkap pesan yang diinginkan Allah. Pesan itu adalah agar iteraksi kita dengan Alquran  tidak sebatas membaca, mengkahtamkan Alquran, dan mendapatkan pahala dari setiap huruf yang kita baca, sebagaimana janji Rasulullah shalallahu alahi wassalam. Namun yang lebih utama dari itu adalah bagaimana Alquran menjadi pedoman hidup. Ibarat kompas, Alquran menjadi acuan dari setiap ucapan dan  tindak tanduk kita sehari-hari.

Kita menginginkan pribadi yang Qurani, bukan sekadar hafidz Alquran, kita merindukan rumah tangga Qurani, sebagaimana kita juga merindukan pemimpin dan tokoh bangsa yang ucapan dan perbuatanya adalah cerminan dari akhlak Qurani. Kerinduan dan mimpi kita untuk menghadirkan generasi qur ani sudah maju dua atau tiga langkah dari tahun-tahun sebelumnya, yaitu dari belajar membaca, meperbaiki bacaan dan menghafalnya.

Maka tahap berikutnya mari kita lanjutkan dengan gerakan tadabbur ayat atau mempelajari terjemahan dari ayat-ayat Alquran. Kita syiarkan di rumah kita, masjid dan musholla satu hari satu ayat minimal kita baca terjemahannya dan kita tadabburi, kita baca tafsirnya dan tahap berikutnya, jika ayat itu berisi perintah Allah, maka kita amalkan, atau jika larangan maka kita tinggalkan.

Dengan demikian kita akan menjadi generasi qurani yang menjadikan Alquran sebagai pedoman hidup, bukan sebagai senandung yang diperlombakan. Dan momentum peringatan nuuzul quran adalah momen untuk evaluasi pengamalan ayat-ayat Alquran sebagai pedoman hidup, bukan momen memperlombakan bacaan semata.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler