Berbagai Pihak Coba Redakan Situasi Usai Serangan Polisi Israel di Masjid Al Aqsa
Sekitar 152 warga Palestina terluka akibat peluru karet, granat kejut, dan pemukulan.
REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Berbagai pihak mencoba meredakan suasana usai serangan polisi anti-huru-hara Israel di dalam kompleks Masjid Al Aqsa, Jumat (15/4/2022). Sekitar 152 warga Palestina terluka akibat peluru karet, granat kejut, dan pemukulan dengan tongkat.
Menurut pejabat Palestina, usai serangan tersebut, Mesir, Qatar, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meningkatkan mediasi antara faksi-faksi Palestina yang dipimpin oleh kelompok Islam Hamas dan Israel. Tindakan ini dalam upaya mencegah eskalasi kekerasan lebih lanjut.
Yordania sebagai penjaga tempat-tempat suci Muslim dan Kristen di Yerusalem Timur mengutuk serangan polisi Israel ke kompleks itu sebagai pelanggaran mencolok. Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat Ned Price mengatakan ketegangan harus dikurangi.
"Kami menyerukan semua pihak untuk menahan diri, menghindari tindakan dan retorika provokatif, dan melestarikan status quo bersejarah di Haram al-Sharif/Temple Mount," kata Price dalam sebuah pernyataan.
Utusan khusus PBB untuk perdamaian Timur Tengah Tor Wennesland mendesak semua pihak membantu menenangkan situasi. Dia meminta agar menghindari penyebaran retorika yang menghasut dan berbicara menentang mereka yang berusaha meningkatkan situasi.
Hamas menuntut agar Israel membebaskan hampir 500 orang yang ditahannya hari Jumat. Kelompok ini meminta Tel Aviv menghentikan kunjungan provokatif ke Masjid Al Aqsa oleh kelompok-kelompok Yahudi dan mengakhiri serangan militer ke kota-kota Tepi Barat.
Sebagai tanda untuk meredakan ketegangan, Israel membebaskan semua kecuali 100 dari mereka yang ditahan. Namun, Kementerian Luar Negeri Palestina mengatakan menuntut Israel bertanggung jawab penuh dan langsung atas kejahatan dalam penyerangan masjid dan menerima konsekuensinya.
Tahun lalu, terjadi bentrokan pada malam hari antara warga Palestina dan polisi Israel selama bulan puasa. Ancaman pengungsian warga Palestina di Yerusalem Timur dan penggerebekan polisi di Al Aqsa membantu memicu serangan antara Israel-Gaza selama 11 hari. Pada peristiwa ini menewaskan lebih dari 250 warga Palestina di Gaza dengan 13 orang di Israel.
Sejak bulan lalu, pasukan Israel telah membunuh 29 warga Palestina dalam rangka melakukan serangan di Tepi Barat. Penyerang Palestina telah membunuh 14 warga Israel dalam serangkaian serangan di kota-kota Israel.