Manfaatkan dengan Baik Syahrul Maghfirah
Syahrul Maghfirah harus dimanfaatkan dengan baik.
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Bulan Ramadhan disebut juga sebagai syahrul maghfirah atau bulan ampunan. Umat Islam dianjurkan untuk memanfaatkan bulan ampunan dengan sebaik-baiknya, karena di bulan Ramadhan dosa-dosa yang telah lalu bisa diampuni Allah SWT.Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Ahmad Zubaidi, mengatakan, bulan Ramadhan memang disebut sebagai syahrul maghfirah atau bulan yang penuh dengan ampunan.
Imam Muslim meriwayatkan hadist Rasulullah SAW yang mengatakan bahwa barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan keikhlasan akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Dalam hadist lain dijelaskan, barang siapa yang melaksanakan shalat malam pada malam lailatul qadar dengan penuh keimanan dan keikhlasan. Maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni oleh Allah SWT.
"Dua hadist ini menunjukan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh ampunan. Umat Islam yang berpuasa dengan baik, benar dan ikhlas, serta didasari oleh keimanan kepada Allah SWT maka akan diampuni dosa-dosanya, karena itu bulan Ramadhan disebut dengan syahrul maghfirah," kata Kiai Zubaidi kepada Republika, Senin (14/3/2022).
Ia menjelaskan, umat Islam yang berpuasa dengan baik saat Ramadhan akan diampuni dosanya. Muslim yang mendapati malam lailatul qadar dan melaksanakan shalat malam dengan iman dan keikhlasan kepada Allah juga akan diampuni dosa-dosanya oleh Allah SWT.
Menurutnya, dua hadist ini menguatkan bahwa Ramadhan disebut dengan syahrul maghfirah. Seandainya ada orang yang berpuasa Ramadhan dengan baik tapi tidak mendapatkan lailatul qadar, tetap orang tersebut akan mendapatkan ampunan.Kiai Zubaidi menyampaikan, ada juga yang mengatakan bahwa bulan Ramadhan awalnya adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan, dan sepertiga terakhirnya adalah terbebas dari api neraka.
"Ini juga menunjukan bahwa Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan ampunan," ujar Kiai Zubaidi yang juga Anggota Badan Wakaf Indonesia (BWI).
Ketua Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI), KH Athian Ali, mengatakan, ketika Allah membicarakan tentang surga juga sering membicarakan ampunan. Di dalam Alquran dijelaskan bahwa surga adalah anugerah dari Allah Yang Maha Pengampun dan Penyayang.
"Sehingga kemudian para ulama menyimpulkan bahwa tidak mungkin seorang manusia bisa masuk ke surga tanpa ampunan dan kasih sayang Allah," kata Kiai Athian kepada Republika, Sabtu (12/3/2022).
Ia mengingatkan, sebagaimana diketahui, perjalanan hidup manusia per detiknya akan dihisab di akhirat. Maka kalau menghitung dosa manusia perdetik yang akan dihisab, bayangkan matanya sudah melihat apa saja, telinganya sudah mendengar apa saja, lidahnya sudah bicara apa saja, akalnya sudah dipakai untuk berpikir apa saja, tangannya dan kakinya sudah melakukan apa saja selama hidup di dunia.Kalau memikirkan ini semua, jika tanpa ampunan Allah Yang Maha Pengampun maka siapa yang bisa masuk surga.
Karena itu, ampunan dan kasih sayang dari Allah bagaikan satu tiket dengan keimanan dan ketakwaan yang bisa membuat seseorang masuk surga.Kiai Athian mengatakan, bulan Ramadhan disebut juga sebagai syahrul maghfirah atau bulan ampunan.
Para ulama mengatakan bahwa sepuluh hari pertama di bulan Ramadhan adalah bulan penuh kasih sayang, sepuluh hari kedua bulan ampunan, dan sepuluh hari ketiga bulan bebasnya manusia dari siksa api neraka."Tentu ampunan ini hanya akan diperoleh seseorang yang bertaubat, asalkan taubatnya memenuhi syarat taubat nasuha maka diampuni dosa-dosanya," ujar Kiai Athian.
Menurut Ketua FUUI ini, ampunan juga bisa diperoleh seseorang secara otomatis ketika ibadahnya diterima oleh Allah. Misalnya ibadah shalatnya diterima, ibadah hajinya diterima, dan ibadah puasanya diterima maka diampuni dosa-dosa yang pernah dilakukan sebelumnya.Ia menjelaskan, jadi ada dua bentuk ampunan dari Allah.
Pertama, karena seseorang meminta ampunan kepada Allah sambil bertaubat. Kemudian Allah menerima taubatnya dan mengampuninya. Kedua, ampunan diperoleh seseorang secara otomatis ketika ibadah yang dilaksanakan oleh hamba-Nya diterima oleh Allah.
"Bulan Ramadhan adalah bulan yang dalam janji Allah adalah waktu mengampuni dosa-dosa manusia ketika ibadah puasanya diterima. Maka kuncinyan bagaimana supaya taubatnya diterima dan ibadahnya di bulan puasa diterima oleh Allah, supaya mendapat ampunan dari Allah," jelas Kiai Athian.Ia mengingatkan, Rasulullah SAW pernah mengatakan bahwa kebanyakan orang puasa tidak makbul, kebanyakan orang puasa hanya memperoleh haus dan lapar. Hanya sedikit sekali orang-orang yang puasanya diterima.
"Kepada saudara-saudara kita sesama Muslim, saya mengimbau diri saya dan kita semua, marilah kita semua berusaha untuk betul-betul melaksanakan ibadah puasa dengan syariat dan hakikat yang benar agar puasa kita diterima, agar dosa kita diampuni oleh Allah," kata Kiai Athian.
Ia mengingatkan, syariatnya puasa harus menahan haus dan lapar. Hakikatnya harus puasa dari segala sesuatu yang diharamkan oleh Allah. Sebab apa artinya puasa dari makan dan minum padahal semua itu halal. Sementara mereka tidak puasa dari yang diharamkan oleh Allah, misalnya di kantor melakukan korupsi, memakan hak orang lain, dan berdagang dengan menipu orang lain.
"Apa artinya puasa dari yang halal tapi tidak puasa dari yang haram. Menurut Nabi Muhammad SAW, kebanyakan manusia puasa dari yang halal tapi tidak puasa dari yang haram," jelas Kiai Athian.